Sabtu, 05 Oktober 2024

💠Mengapa Perlu Mengucapkan Insyallah?

Kenapa Kita Diharuskan Mengucapkan Insyallah? Bagaimana Hukumnya?

Oleh : Adam Mostafa EL Prembuny


☆Referensi saya :

📕Anta Tas`alu Wal Islamu Yujibu
👳‍♂️Syaikh Mutawalli asy Sya'rowi💠 



"Soal : Kenapa orang-orang mengucapkan Insyallah? Apa maksud sebenarnya dari kata tersebut?

Jawab : Segala sesuatu yg menyangkut " nanti atau besok " , masuk dlm pengertian "Akan datang/future" . Selama menyangkut yg "Akan datang" , manusia gak bisa mastiin kecuali jika dikehendaki oleh Allah.

Firman Allah,
"Dan jangan sekali - kali kamu mengatakan tentang sesuatu , ' Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi , kecuali (dgn menyebut) Insya Allah." 
📚Al Kahfi : 23-24.

Sesuatu yg berhubungan dgn hal yg akan datang, terdiri dari lima Unsur :

Pertama : pelaku (subjek) . 
Kedua : yang diperlakukan (objek) . 
Ketiga : waktu dan tempat kejadian . 
Keempat : sebab musabab (asal-usul).
Kelima : kekuatan dan kemampuan yg diperlukan untuk melaksanakan nya. 
Kalo ada orang bilang , "Besok saya akan pergi ke tempat A, jam sekian, untuk membicarakan masalah B." 
Orang itu gak punya jaminan kalau dia bakal tetep hidup sampe besok . Begitu juga yg akan ditemuinya. Kalo dia besoknya bisa pergi , mungkin waktunya gak tepat , atau tempatnya berubah atau mungkin besoknya orang itu berhalangan ntah secara fisik atau mental ,atau juga berubah niat untuk melaksanakannya.

Jadi manusia gak berkuasa dlm menentukan kelima unsur itu. Semuanya dikembalikan kpd Sang Pengaturnya , yaitu Allah Yang Mahakuasa . Manusia harus menurut perintah - Nya , dgn mengucapkan kata "Insya Allah (apabila Allah menghendaki )" . Sebab bila Dia tidak menghendaki , pasti rencana itu gagal ."


📕Anta Tas`alu wal Islamu Yujibu, halaman 131-132, Cet. Darul Quds.

س : تتردد كلمة ( إن شاء الله ) على ألسنة الناس اتباعاً للقرآن دون أن يفقهوها فقهـا يجعلها عبـادة ذات نتيجـة حاسمة تعـمر القلب بالإيمان . . فما هو فقه هذه الكلمة ؟ 
جـ : الأمر بهذه الكلمة جاء في قوله تعالى : ﴿ولا تقولن لشيء إني فاعل ذلك غدا * إلا أن يشاء الله فالكلام على الغد ، وما دام غدا فهو مستقبل ، وما دام الحديث عن المستقبل فأنت محجوز عنه بحاجز زمان المستقبل : فلا تستطيع أن تحكم به ، ولا تقول أنا أفعل ذلك غدا إلا أن قلت مع ذلك : ( إلا أن يشاء الله . لماذا ؟ لأن الحادث بالنسبة لنا يحتاج إلى عناصر . 
العنصـر الأول : الفاعل . العنصر الثاني : المفعول . العنصر الثالث : زمان ومكان الحديث ، العنصر الرابع : السبب ، العنصر الخامس : القوة اللازمة لتنفيذ هذه الاشـيـاء هذه عنـاصـر الحـدث عندنا ، هذه هي العناصر . . فإذا قلت : أنا أذهب غدا إلى فلان لأكلمه في كذا . فأي نصر من هذه العناصر يملكه الإنسان ؟ 
أذن لا يوجد حدث الا بفاعل ومفعول يقع عليه الحدث وزمان يحصل فيه الحدث . 
إنه لا يملك نفسه فاعلا أن يظل إلى غد ، ولا يملك المفعول الذي يقابله غدا أن يصل إلى غد ، ولا يمكن أن يتصرف في الزمان والمكان أو يظل إلى غد ، وهب أن السبـب موجـود مع كل هذه الأسبـاب موجود : الفاعل والمفعول والزمن والمكان وكل شيء ، هل أضمن اللقاء ؟ 
إذن فأنا لا أملك عنصر من عناصر الحدث ، ولذلك وجب أن أردها إلى من يملكها ، فأقول : أنا أفعل غدا كذا إن شاء الله . 

📕Anta Tas`alu Wal Islamu Yujibu 


Para ulama membawa larangan dalam surat Al Kahfi ayat 23 tersebut kepada hukum Makruh. Maka dianjurkan mengucapkan "Insyaallah", tidak sampe Wajib.

▪︎ Imam Ibnu Muflih al Hanbali mengatakan:

وتعليق الخبر فيها بمشيئة الله مستحب 
“Memberikan tambahan kata ‘insyaallah’ dalam memberikan kabar, hukumnya mustahab (dianjurkan)”. 

📕Adab asy Syar’iyyah, juz 1 halaman 33. 


▪︎ Imam An Nawawi mengatakan:

يستحب للإنسان إذا قال سأفعل كذا أن يقول: إن شاء الله تعالى على جهة التبرك والامتثال 

“Dianjurkan bagi seseorang ketika mengucapkan: saya akan lakukan ini dan itu, untuk menambahkan kata ‘insyaallah taala’. Dalam rangka untuk tabaruk dan menaati perintah Allah”.

📕Al Minhaj Syarah Shahih Muslim, juz 11 halaman 118.


▪︎ Al Habib al 'Allamah Muhammad Quraish Shihab mengatakan, pada hakikatnya ucapan "Insya Allah" bukan berarti baru akan mengusahakan jika Allah SWT menghendaki. Namun, "Insya Allah" diucapkan setelah menanamkan dlm diri untuk bertekad melakukannya atau mewujudkannya, tapi tetap sadar bahwa keberhasilan upaya tersebut tergantung pada kehendak Allah SWT.

"Jadi, kalau istilahnya ulama-ulama itu "li tabarruk" untuk mendapat keberkahan saja. Bukan menjadikan syarat untuk melakukan kegiatan," ucap Pendiri Pusat Studi Al Qur'an tersebut seperti dikutip dari Shihab & Shihab Edisi Ramadhan.

Beliau menjelaskan, kata "Insyallah" tidak boleh diucapkan dgn maksud menggantungkan kegiatan itu kpd Allah tanpa melakukan usaha apapun alias gak ngapa-ngapain.

Lebih lanjut beliau berpesan agar sering mengucapkan la hawla wa la quwwata illa billah (tidak ada kekuasaan, kemampuan untuk mewujudkan sesuatu atau menghindar dari sesuatu, kecuali dgn Allah).

○○○

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

👋 Panduan Membaca

💠Penjelasan Tema Artikel

                   Tema  & Bahasan   • Aqidah & Filsafat Memuat tulisan-tulisan pembahasan tentang Ilmu kalam, teologi, Ilmu mantiq...