Menjaga Perasaan Pasangan Lebih Utama Daripada Menuruti Ego Diri Sendiri - Kisah Abu Utsman al Hiri
Oleh : Adam Mostafa EL Prembuny
☆Referensi saya :
📚Tarikh Baghdad
👳♂️Imam Khotib al Baghdadi
👳♂️Imam Khotib al Baghdadi
~ Syaikh Abu Utsman al Hiri adalah salah satu ulama salafusholih yang menjaga sholat dan amalan sholih lainnya. Ternyata beliau menyimpulkan bahwa amalan yang menolongnya di hadapan Allah bukanlah hal itu, tapi usahanya dalam menjaga perasaan dan membahagiakan hati sang istri, walau Abu Utsman sendiri tidak begitu nyaman dengan kondisi fisik istrinya yang cacat dan beliau pun harus ninggalin banyak majelis ilmu demi setia nemenin istrinya tersebut.
Bisa dibilang, beliau termasuk pria yang cintanya gak mandang fisik, jadi jangan pernah anggap semua cowo itu mandang fisik ya ughtea 😁.
Bisa dibilang, beliau termasuk pria yang cintanya gak mandang fisik, jadi jangan pernah anggap semua cowo itu mandang fisik ya ughtea 😁.
Inilah kisah beliau yang bisa kita ambil pelajaran darinya, Imam al Khotib al Baghdadi meriwayatkan kisahnya sebagai berikut :
أخبرني محمد بن أحمد بن يعقوب، أخبرنا محمد بن نعيم الضبي قال: سمعت أمي تقول: سمعت مريم امرأة أبي عثمان تقول: صادفت من أبي عثمان خلوة فاغتنمتها، فقلت: يا أبا عثمان أي عملك أرجى عندك؟ فقال: يا مريم لما ترعرعت وأنا بالري، وكانوا يريدونني على التزويج فأمتنع، جاءتني امرأة فقالت: يا أبا عثمان قد أحببتك حبا ذهب بنومي وقراري، وأنا أسألك بمقلب القلوب، وأتوسل به إليك أن تتزوج بي. قلت: ألك والد؟ قالت: نعم فلان الخياط في موضع كذا وكذا فراسلت أباها أن يزوجها مني ففرح بذلك، وأحضرت الشهود فتزوجت بها، فلما دخلت بها وجدتها عوراء، عرجاء مشوهة الخلق، فقلت: اللهم لك الحمد على ما قدرته لي، وكان أهل بيتي يلومونني على ذلك فأزيدها برا وإكراما، إلى أن صارت بحيث لا تدعني أخرج من عندها، فتركت حضور المجالس إيثارا لرضاها وحفظا لقلبها. ثم بقيت معها على هذه الحال خمس عشرة سنة، وكأني في بعض أوقاتي على الجمر وأنا لا أبدى لها شيئا من ذلك إلى أن ماتت، فما شئ أرجى عندي من حفظي عليها ما كان في قلبها من جهتي.
■ Telah mengabarkan kepada ku, Muhammad bin Ahmad bin Ya'qub, dia berkata : Telah mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Nuaim ad Dhobi, Dia berkata : Aku mendengar Ibuku telah berkata : Aku mendengar Maryam istri Abu Utsman, dia berkata :
Aku (Maryam) berkata :
“Wahai Abu Utsman, amalan apa yang kamu harapkan sebagai bekal menghadap Allah dari apa yang telah kamu lakukan selama ini?”
Abu Utsman lalu berkata :
"Waktu saya tinggal di kota Rai, para penduduknya mendesak saya agar segera menikah, tapi saya menolak.
Di kemudian hari, datanglah seorang wanita yg menyatakan kpd ku, “Wahai Abu Utsman, aku jatuh cinta sama kamu sampe aku susah tidur. Dan aku mutusin utk memohon sama Allah agar aku bisa nikah sama kamu.”
Saya (Abu Utsman) bertanya, “Kamu masih punya bapak?”
Wanita itu menjawab, “Ya, dan bapakku adalah seorang tukang jahit.”
Akhirnya, saya berjanji bakal menikahinya dan dia pun senang. Kemudian dilakukanlah akad nikah dengan para saksinya. Tapi setelah resmi jadi pasangan sah lalu saya melihat fisiknya dia, saya akhirnya baru tahu bahwa salah satu mata istri saya buta dan kakinya pincang, serta memiliki wajah yang jelek.
Saat itu saya mengucapkan, “Ya Allah, segala puji bagi Mu atas apa yang engkau takdirkan kepada ku.”
Keluarga saya mencela saya atas keputusan saya telah menikahi wanita itu, “Tapi saya tetep berusaha bahagiain wanita itu. Sampai suatu saat dia menginginkan agar aku tetap bersamanya.
Wanita : "Jangan tinggalin aku ya mas, aku pengin kita sama-sama terus 🥺".
Maka saya rela ninggalin banyak majelis ilmu demi menemani dia dan untuk menjaga perasaannya.
Kehidupan yang sprti demikian itu saya jalani sampe 15 tahun dan kadang saya ngerasa tersiksa sama keadaaan yang seperti itu. Tapi saya sama sekali nggak pernah ngeluh ke dia, sampe akhirnya dia pun wafat.”
Abu Utsman lalu berkata ke Maryam :
“Maka dari amalanku, yang aku harap bisa menjadi bekal di hadapan Allah adalah usahaku untuk menjaga perasaan nya (istri pertama).”
📕Tarikh Baghdad, juz 9 halaman 103. Cet. DKI (darul kutub 'ilmiyah)
●●●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar