Sabtu, 30 November 2024

💠zzzzzzs

 Okknnws hrsdook gfeedf

💠Jjjjjjjjs

 Khfdsann mbvvccxx oiuuyrrrew2

💠Iiiiiiiu

 Jgtuj mbvxz metyunb

💠Hhhhhhhhh

 Okjngqs wwxc tvymom

💠Ggggggg

 Plnji hescggfdch gyjvdr

💠Ffffffff

 Jvdhnczaw jhfb

💠Eeeeeeeee

 Rdvbhfcbj

💠Dddddddddd

 Dddddddd

💠Cccccccc

 Ccccccvc

💠Bbbbbb

 Bbbbbbbb

💠Aaaa

 Aaaaa

💠Hukum Malpraktik dan Sangsinya

Hukum Malpraktek Dan Sanksi Yang Diberikan


☆Referensi saya : 


📕Ma'alimus Sunan

👳‍♂️Imam Abu Sulaiman al Khotthobi 


📕Al 'Umm

👳‍♂️Imam Muhammad bin Idris Asy Syafii



🔹️Malpraktik adalah pelanggaran tindakan medis yang mencakup perilaku yang dilarang dalam merawat pasien, seperti tidak melakukan prosedur yang seharusnya, lalai dalam mendiagnosis dengan tepat, dan memberikan obat yang tidak sesuai standar medis. 


🔹️Malpraktik menyalahi prinsip-prinsip Ilmiah (Mukholafatul Ushul al ‘Ilmiyyah). Prinsip ilmiah adalah dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang telah baku dan biasa dipakai oleh para dokter, baik secara teori maupun praktek, dan harus dikuasai oleh dokter saat menjalani profesi kedokteran. 


🔹️Malpraktik kedokteran adalah kejahatan (jarimah) atau jinayah. Malpraktek dalam hukum pidana Islam termasuk jarimah qishos diyat, namun jika dilihat dari tinjauan maslahat, sanksi yang dijatuhkan bisa berupa Ta’zir, Ketentuan ta’zir merupakan kewenangan Ulil Amri (pemerintah). Dalam hal ini, hakimlah yang menentukan sanksi terhadap pelaku sesuai UU yang berlaku. 


Para ulama telah menjelaskan kewajiban para dokter untuk mengikuti prinsip-prinsip ilmiyyah dan bila dokter melakukan malpraktik, maka ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.


●Imam Abu Sulaiman al Khotthobi setelah membawakan hadits Nabi tentang malpraktik, 


مَنْ تَطَبَّبَ وَلَمْ يُعْلَمْ مِنْهُ طِبٌّ قَبْلَ ذَلِكَ، فَهُوَ ضَامِنٌ 


“Barang siapa yang menjadi dokter dan sebelumnya tidak diketahui memiliki keahlian, maka ia harus bertanggung jawab”. 📜HR. Imam Abu Dawud :1224) 


Beliau menjelaskan : 


لا أعلم خلافا في أن المعالج إذا تعدى، فتلف المريض كان ضامنا، والمتعاطي علما أو عملا لا يعرفه متعد، فإذا تولد من فعله التلف ضمن الدية، وسقط عنه القود، لأنه لا يستبد بذلك بدون إذن المريض، وجناية المتطبب في قول عامة الفقهاء على عاقلته. 


Kami tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat Fuqoha bahwa seorang tenaga medis melakukan keteledoran lalu menyebabkan pasien celaka. maka ia bertanggungjawab. Dokter yang mempraktikkan suatu ilmu atau tindakan medis yang tidak diketahuinya, kalau karena perbuatannya menyebabkan pasien celaka (meninggal), ia harus membayar diyat, dan digugurkan darinya hukum qishos. Karena ia tidak akan melakukan pekerjaannya tanpa seizin pasien. Dan tindakan malpraktek tersebut menurut mayoritas Fuqaha juga masih jadi tanggung jawab aqilahnya. 


📕Ma'alim as Sunan, Juz 4 halaman 35, Cet. Darul Kutub Ilmiyah.


✔Maka dapat difahami bahwa para ulama sepakat (ijma') jika seseorang tidak memiliki keahlian medis kemudian mengobati pasien dan malah memperburuk kondisinya, dia harus bertanggung jawab dan membayar kerugian yang dialami pasien. 


✔Jika si dokter punya keahlian medis namun terjadi kesalahan atas penanganannya, menurut pendapat ulama fiqh, ia harus membayar diyat (ganti rugi) dan diyat ini juga ditanggung oleh 'aqilahnya yakni pihak keluarga pelaku. ‘Aqilah dilibatkan dalam rangka meringankan beban musibah. 


✔Dokter terbebas dari hukuman qishos mati bila pasien meninggal akibat keteledoran-nya. Kecuali bila si dokter tahu letak kesalahannya tapi malah sengaja dilakukan, maka bisa dijatuhi qishos mati menurut Imam Kholil bin Ishaq dari madzhab Maliki.

Setelah terjadi kecelakaan akibat malpraktek tersebut, selain membayar diyat, apakah si Dokter tetap mendapat upah dari pekerjaannya?


●Imamuna Asy Syafi’i menjelaskan dalam kitabnya : 


مسإ لة الحجام والخاتن والبيطار 


أخبرنا الربيع قال : قال الشافعي الله : وإذ أمر الرجلُ الرجل أن يحجمه ، أو يختن غلامه ، أو يبيطر دابته ، فتلفوا من فعله ؛ فإن كان فعل ما يفعل مثله مما فيه الصلاح للمفعول يه عند أهل العلم بتلك الصناعة فلا ضمان عليه ، وإن كان فعل ما لا يفعل مثله أراد الصلاح وكان عالماً به فهو ضامن وله أجر ما عمل في الحالين في من السلامة والعطب 


قال أبو محمد رحمه الله : وفيه قول آخر : أنه إذا فعل ما لا يفعل فيه مثله فليس له من الأجر شيء ؛ لأنه متعد ، والعمل الذي عمله لم يؤمر به فهو ضامن ولا أجر له وهذا أصح القولين ، وهو معنى قول الشافعي رحمة الله عليه


▪︎Masalah Ahli Bekam, Dokter Khitan dan Dokter Hewan 


Telah mengabarkan kepada kami, Imam Robi' bin Sulaiman, dia berkata, telah berkata Imam Syafii : 


"Apabila seseorang menyuruh dokter untuk membekamnya atau mengkhitankan anaknya, atau mengobati ternaknya, lalu mereka celaka karena perbuatan si dokter, bila si dokter sudah melakukan penanganan sudah sesuai prosedur medis, maka si dokter tidak perlu bertanggung jawab. 


Tapi bila si dokter bertindak TIDAK sesuai prosedur medis, padahal si dokter mengetahui hal itu, maka dia harus bertanggung jawab (membayar ganti rugi). Dan dia berhak atas upah untuk dua keadaan ini, baik pasien itu selamat ataupun tidak." 


Abu Muhammad (Imam Robi' bin Sulaiman) berkata, 


"Dalam hal ini, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa si dokter tidak berhak mendapatkan upahnya karena dia melakukan tindakan dengan sengaja, jika tindakan yang dilakukannya tidak diperintahkan (Tidak sesuai instruksi/prosedur), maka dia bertanggung jawab atas tindakannya dan si dokter TIDAK berhak mendapatkan upahnya. Ini pendapat yang lebih shohih, dan inilah maksud dari penjelasan Imam Asy Syafi'i." 


📕Al 'Umm lil Imam Asy Syafi'i, juz 7 halaman 428, Cet. Darul Wafaa`


●●●


🔵FB Adam Mostafa EL Prembuny


#malpraktik #malpraktek #dokter #obat #mengobati #imamsyafii #imamalkhottobi #maalimus_sunan #al_umm #medis #jarimah #jinayah #qishos #diyat

💠Praktik Ibadah Nabi Sebelum Diangkat Rasul

 Syaikh Abdul Karim Zaidan ~ Bagaimana praktek syariat ibadah Nabi ﷺ sebelum diangkat jadi Rasul?


■Dalam menanggapi masalah ini, terdapat 3 golongan ulama. 


~


A).  Ulama Hanafiyah, Hanabilah, Imam Ibnu Hajib al Maliki dan Imam al Baidhowi asy Syafii mengatakan bahwa Nabi Muhammad ﷺ sebelum menjadi Rasul masih terikat dengan syariat sebelumnya. Alasan mereka adalah :


1. Setiap rasul Allah diseru untuk mengikuti syariat Rasul-rasul sebelumnya. Nabi Muhammad juga termasuk ke dalam seruan ini. 


2. Banyak sekali riwayat yang menunjukkan bahwa Muhammad SAW sebelum menjadi Rasul telah melakukan perbuatan/amalan tertentu yang sumbernya bukan akal semata, seperti ia melaksanakan shalat, haji, umrah, mengagungkan Ka'bah dan Thowaf di sekelilingnya dan menyembelih binatang. 


~


B).  Jumhur ulama mutakallimin dan sebagian ulama madzhab Malikiyah. Mereka mengatakan bahwa Nabi Muhammad ﷺ sebelum diangkat menjadi Rasul itu tidak terikat dengan syar'at apapun sebelum Islam. Alasan mereka adalah apabila beliau sebelum diangkat menjadi Rasul masih terikat dengan syariat sebelum Islam, maka akan ada dalil yang menunjukkan hal itu. Dari penelusuran terhadap kehidupan Nabi Muhammad ﷺ menurut mereka, tidak ditemukan dalil yang menegaskan bahwa beliau terikat dengan syari'at lain sebelum Syariat Islam. 


~


C).  Imam al Ghozali dan Imam Saifuddin al Amidi, mereka memilih tawaqquf, yakni tidak berkomentar terhadap masalah ini karena tidak adanya dalil yang pasti dalam masalah ini. Menurut mereka, apabila ada alasan dari nash (Quran & Hadits) yang menunjukan bahwa Nabi Muhammad ﷺ terikat dengan hukum tertentu, maka akan mereka terima. Apabila tidak ada dalil yang menerankannya, maka mereka tidak mengambil sikap. 


~


■Kelompok yang menetapkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ mengikuti syariat sebelumnya juga berbeda pendapat tentang syariat Nabi mana yang diikuti oleh beliau. 


▪︎Sebagian ulama berpendapat syariatnya Adam AS, karena dialah syariat yang pertama kali.

▪︎Pendapat lainnya adalah syariat Nabi Nuh AS, sesuai dengan QS Asy Syu'aro : 13.

▪︎Ada juga ulama yang berpendapat syariat Nabi Ibrohim AS, sesuai dengan QS Ali Imron : 68 dan An Nahl : 123. 

▪︎Ada juga yang berpendapat syariat Nabi Musa AS, dan Nabi 'Isa karena yang paling dekat masanya dengan Nabi ﷺ dan sebagai penghapus syariat sebelumnya. 


■Telah berkata Imam Asy Syaukani, dengan berlandaskan ayat Al-Qur'an dan amaliyah Nabi Muhammad ﷺ, pendapat yang bisa diterima adalah pendapat yang mengatakan bahwa sebelum pengangkatan Rasul, beliau mengikuti syariatnya Nabi Ibrohim AS, karena Nabi Muhammad ﷺ banyak melaksanakan praktek syariat ibadah Nabi Ibrohim AS sebagaimana ayat Al Quran di atas bahwa beliau mengikuti Millah Ibrohim. 


Berarti dapat difahami kekhususan Syariat Nabi Ibrohim pada Nabi Muhammad ﷺ. Maka ibadah beliau sebelum diangkat jadi Rasul adalah mengikuti syariat Nabi Ibrohim AS.


~


📕Ushul Fiqh al Islamiy

• Syaikh Abdul Karim Zaidan

• Jilid 2 halaman 839

• Cetakan Darul Fikr


==========================


👨‍🏭Adam Mostafa EL Prembuny

💠Menguasai Bahasa Arab Wajib Bagi Mujtahid

Mengetahui Bahasa Arab Wajib Bagi Mujtahid dan Muqollid. Untuk Mujtahid, Wajib Menguasai Ilmu Tentang Lafadz & Maknanya. 


☆ 


Syaikh Abdul Fattah al Yafi'i dalam kitabnya, beliau menuliskan salah satu syarat Mujtahid dan hukum belajar bahasa Arab sebagai berikut :


""Imam al Mawardi berkata, "Pengetahuan tentang bahasa Arab itu hukumnya FARDHU bagi setiap muslim, baik yang mujtahid dan yg bukan mujtahid. 

Imam Asy Syafi'i mengatakan bahwa setiap muslim WAJIB mempelajari bahasa Arab sebatas kemampuannya agar bisa melaksanakan amalan-amalan fardhunya. 

Beliau berkata di kitab Al Qowathi', "Mengetahui bahasa Arab hukumnya FARDHU secara umum bagi semua mukallaf (baligh & berakal). Hanya saja bagi mujtahid, ia wajib mengetahui lafadzh-lafadzh dan makna-maknanya. Dan untuk selain mujtahid, cukup baginya bahasa Arab yang berhubungan dengan praktik ibadah seperti bacaan Al Qur'an dan dzikir dalam sholat karena sholat tidak boleh dikerjakan dengan selain bahasa Arab. 


Mungkin ada yg bertanya, "Pengetahuan tentang bahasa Arab secara menyeluruh bagi mujtahid aja gak mungkin bisa dicapai karena tidak ada satupun orang Arab yang mampu mengetahui semua kosakata bahasa mereka. Lalu gimana kita bisa menguasainya secara menyeluruh?" 


Kami jawab bahwa, meskipun bahasa Arab tidak bisa dikuasai secara menyeluruh oleh satu orang Arab, tapi semua orang Arab secara kolektif bisa mengetahuinya secara menyeluruh. 


~Seperti pertanyaan yang disampaikan kepada seorang Ulama, "Siapa yang bisa menguasai setiap ilmu?" 

~Ia menjawab, "Semua manusia." 


Adapun yang wajib bagi mujtahid adalah menguasai sebagian besarnya lalu mengembalikan hal-hal yang luput dari pengetahuannya kepada mujtahid lain, seperti yang berlaku dalam Sunnah. 


Sebagian dari mereka tergelincir karena mengabaikan kaidah bahasa Arab seperti riwayat kelompok ulama madzhab Imamiyah berupa hadits "ma taroknahu shodaqotan" dengan nashab (akhiran fathah) pada kata "Shodaqotan" .

(Sehingga maknanya menjadi : "Kami tidak meninggalkannya sbg sedekah"). 


Juga seperti riwayat kelompok Qadariyah berupa hadits "fa hajja Adama Musa" dengan nashob (akhiran fathah) pada kata "Adama".

(Sehingga maknanya menjadi : "Lalu Musa mengalahkan argumentasi Adam"). 


Termasuk kategori penguasaan bahasa Arab adalah ilmu Tashrif, karena hal itu sangat menentukan dalam memahami bentuk kata dan perbedaan di antaranya, seperti dalam bab mujmal dari kata mukhtar dan semisalnya. Apakah kata ini merupakan kata benda (Isim), pelaku (Fa'il).""


▪︎ 


📕At Tamadzhubu Dirosah Ta`shiliyah Muqoronah lil Masail al Muta'alliqoh bil Tamadzhabi, halaman 52, Cet. Markaz al Huryat li Dirosah wan Nasyr 



قال الماوردي : ومعرفة لسانه فرض على كل مسلم من مجتهد وغيره ، وقد قال الشافعي رحمه الله : على كل مسلم أن يتعلم من لسان العرب ما يبلغه جهده في أداء فرضه . 


وقال في القواطع : معرفة لسان العرب فرض على العموم في جميع المكلفين ، إلا أنه في حق المجتهد على العموم في إشرافه على العلم بألفاظه ومعانيه أما في حق غيره من الأمة ففرض فيما ورد التعبد به في الصلاة من القراءة والأذكار ، لأنه لا يجوز بغير العربية . 


فإن قيل : إحاطة المجتهد بلسان العرب تتعذر ، لأن أحداً من العرب لا يحيط بجميع لغاتهم ، فكيف نحيط نحن ؟

قلنا : لسان العرب وإن لم يحط به واحد من العرب فإنه يحيط به جميع العرب ، كما قيل

لبعض أهل العلم : من يعرف كل العلم ؟ قال : كل الناس . 


والذي يلزم المجتهد أن يكون محيطاً بأكثره ويرجع فيهما عزب عنه إلى غيره ، كالقول في السنة ، وقد زل كثير بإغفالهم العربية ، كرواية الإمامية : { ما تركناه صدقة ) بالنصب ،

والقدرية : { فحج آدم موسى } بنصب آدم ، ونظائره . 


ويلحق بالعربية التصريف ، لما يتوقف عليه من معرفة أبنية الكلم ، والفرق بينها ، كما في باب المجمل من لفظ ( مختار ) ونحوه فاعلاً ومفعولاً) اهـ .

○○○


FB Adam Mostafa EL Prembuny 


#bahasaarab #mujtahid #muqollid #nahwu #shorof

💠Para Sahabat Nabi Yang Ahli Fiqih

Para Sahabat Nabi ﷺ Adalah Ahli Fiqih - Syaikh Said Musthofa al Khin 


☆ 


Syaikh Musthofa Said al Khin menukil penjelasan Imam Ibnu Hazm dari kitab Al-Ihkam bahwa, 


"Di antara para sahabat Rosululloh ﷺ yang terkenal pandai di bidang fiqih dan fatwa adalah 


Ummul Mukminin Sayidah 'Aisyah,

Sayidina 'Umar bin Khoththob,

Sayidina Abdulloh bin Umar,

Sayidina Ali bin Abi Tholib,

Sayidina Abdulloh bin Abbas,

Sayidina Abdulloh bin Mas'ud,

Sayidina Zaid bin Tsabit,

Sayidina Anas bin Malik,

Sayidina Abu Bakar Ash Shiddiq,

Sayidina Mu'adz bin Jabal,

Sayidina Jabir bin Abdulloh,

Sayidina Abu Huroiroh, 

Dan masih banyak lagi yang lainnya.""


Syaikh Musthofa al Khin menukil penjelasan Imam Abu Ishaq Asy Syairozi dari kitab Thobaqotul Fuqoha, beliau berkata, 


""Ketahuilah bahwa mayoritas para sahabat Rasulullah yang berkawan dan menemani beliau adalah Para Ahli Fiqih. Demikian itu, bahwa metode fiqih para sahabat adalah khithob (perintah) Alloh dan Rosululloh serta apa saja yang dipahami dari keduanya, juga perbuatan- perbuatan Rosululloh ﷺ dan apa saja yang dipahami darinya. 


Yang dimaksud dengan khithob Allah adalah Al Qur'an. Allah menurunkan nya dengan bahasa mereka berdasarkan sebab-sebab yang mereka ketahui dan kisah-kisah mereka di dalamnya. Sehingga, mereka mengetahuinya, baik secara tertulis, tersirat, tersurat, dan pemahamannya. Maka dari itu, Imam Abu Ubaidah (110H) dalam kitab Al Majazul Qur`an, beliau berkata, "Tidak ada nukilan bahwa satu orang pun dari sahabat Rosululloh dalam memahami sesuatu dari Al Qur'an merujuk kepada Rosululloh." 


Khithob Rosululloh ﷺ  juga menggunakan bahasa mereka. Mereka mengetahui maknanya, memahami makna tersirat, dan maksudnya. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan beliau, berupa ibadah, muamalah, perjalanan, dan politik, semuanya disaksikan oleh mereka, berlangsung secara terus menerus serta dicari-cari oleh mereka.""


Syaikh Musthofa al Khin mengatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam permasalahan fiqih pada zaman Rosululloh. Ini karena Rosululloh ﷺ adalah rujukan utama bagi mereka terkait hukum-hukum dan permasalahan mereka. Akan tetapi, hampir para sahabat Rosululloh tidak berpindah dari tempat duduknya yang mulia, sampai mereka melihat diri mereka dihadapkan pada persoalan besar yang tidak ada jawaban nash yang jelas dari Al Qur'an dan sunnah. 


▪︎ 


📕Abhats Haula 'Ilm Ushul Fiqh - Tarikhuhu wa Tathowuruhu, halaman 35, Cet. Darul Kalimi Thoyyib 


○ 


وممن اشتهر بالفقه والفتوى من الصحابة : عائشة أم المؤمنين ، وعمر بن الخطاب ، وابنه عبد الله ، وعلي بن أبي طالب ، وعبد الله بن عباس ، وعبد الله بن مسعود ، وزيد بن ثابت ، وأنس بن مالك ، وأبو بكر الصديق ، ومعاذ بن جبل ، وجابر بن عبد الله ، وأبو هريرة ، وغيرهم كثير (۱) 


قال أبو إسحاق الفيروزبادي الشيرازي في كتابه « طبقات الفقهاء (۲) : اعلم أن أكثر أصحاب رسول الله الله الذي صحبوه ولازموه كانوا فقهاء ، وذلك أن طريق الفقه في حق الصحابة خطاب الله عز وجل ، و خطاب رسوله وما عقل منهما، وأفعال رسول الله ﷺ وما عقل منها، فخطاب الله عز وجل هو القرآن ، وقد أنزل ذلك بلغتهم على أسباب عرفوها ، وقصص كانوا فيها ، فعرفوها مسطورة ومفهومه ومنطوقه ومعقوله ، ولهذا قال أبو عبيدة في كتاب ( المجاز » : لم ينقل أن أحداً من الصحابة رجع في معرفة شيء من القرآن إلى رسول الله ﷺ ، وخطاب رسول الله ﷺ أيضاً بلغتهم ، يعرفون معناه ويفهمون منطوقه وفحواه ، وأفعاله التي فعلها من العبادات والمعاملات والسير والسياسات، وقد شاهدوا ذلك كله وعرفوه ، وتكرر عليهم وتحرّوه » . 


لم يكن هناك خلاف في المسائل الفقهية على عهد رسول الله ﷺ ؛ لأنه عليه الصلاة والسلام كان هو المرجع لهم في أحكامهم وقضاياهم، ولكن لم يكد أصحاب رسول الله الله يفرغون من وضعه في مرقده المطهر ، حتى رأوا أنفسهم أمام مسائل كثيرة لم يرد في الإجابة عنها نص صريح من كتاب أو سنة 


○○○ 


👨‍🏭 Adam Mostafa EL Prembuny

💠Ada 6 Jenis Keringanan Dalam Syariat

 Ada 6 Jenis Keringanan (takhfif) Dalam Syariat



Syaikhul Imam 'Izzudin bin Abdil Aziz bin 'Abdissalam dalam kitabnya, beliau menuliskan pembagian rukhsoh berdasarkan jenisnya :


~


1️⃣. Takhfif isqoth, yaitu keringanan berupa pengguguran. Hukumnya menjadi tidak wajib, seperti tidak wajib sholat jumat, haji dan umroh bagi yang punya udzur yang telah diketahui. 


▪︎[Contoh Udzur : Tidak mampu secara fisik ataupun finansial, sedang haid ataupun nifas]


2️⃣. Takhfif tanqish, yaitu keringanan berupa pengurangan. Contohnya,


1. Sholat qoshor dua rakaat;  

2. Mengurangi perbuatan sholat yang tidak mampu dilakukan oleh orang sakit, seperti rukuk, sujud, dan lain-lain sebatas kemudahan darinya.


3️⃣. Takhfif ibdal, yaitu keringanan berupa penggantian. Contohnya,


1. Wudhu dan mandi wajib diganti dengan tayamum; 

2. Berdiri ketika sholat diganti dengan duduk; 

3. Yang tidak sanggup duduk diganti dengan berbaring; 

4. Yang tidak sanggup berbaring diganti dengan menggerakkan tangan; 

5. Mengganti hukuman dengan berpuasa; 

6. Mengganti puasa dengan memberi makan bagi orang tua sepuh yang tidak sanggup berpuasa;

7. Mengganti sebagian kewajiban haji dan umroh dengan kafarot.


4️⃣. Takhfif taqdim, yaitu keringanan dengan cara didahulukan. Contohnya,


1. Menjamak taqdim ashar pada dzuhur;

2. Jamak taqdim isya pada magrib pada saat Safar dan saat terjebak hujan lebat;

3. Mendahulukan mengeluarkan zakat sebelum haul (batas waktu 1 tahun);

4. Membayar kafarot bagi yang melanggar sumpah.


5️⃣. Takhfif ta'khir, yaitu keringanan dengan cara diakhirkan. Contohnya,


1. Sholat jamak ta'khir;

2. Mengakhirkan puasa Romadhon di bulan berikutnya.


6️⃣. Takhfif tarkhish, yaitu keringanan karena rukhshoh. Contohnya,


1. Sholatnya orang yang bertayamum dengan kondisi berhadats;

2. Sholatnya orang yang bersuci dengan air sisa embun;

3. Memakan sesuatu yang najis untuk pengobatan;

4. Minum khomer saat kondisi darurat;

5. Mengucapkan kata-kata kufur karena mendapat tekanan (berupa ancaman keselamatan).


~


📕Qowa'idil Ahkam fi Ishlahil Anam (Qowa'idul Kubro), juz 2 halaman 12, Cet. Darul Qolam


Rukhsoh bisa disebut juga sebagai takhfif.

Perbedaan takhfif dan rukhsoh, takhfif adalah jenis keringanan nya, sedangkan rukhsoh adalah hukum yang berubah menjadi lebih mudah karena adanya udzur, namun hukum asal tetap berlaku bagi mukallaf yang tidak mengalami udzur.


Dalam kitab Asybah wan Nadzhoir halaman 82, Cet. DKI, karya Imam As Suyuthi, ada tambahan lagi yang disebutkan oleh Imam al 'Alaa-i, untuk yang ke 7️⃣, yakni Takhfif Taghyir (mengubah). Misalnya,


 1. Perubahan bentuk gerakan sholat menjadi lebih simpel, akibat rasa khawatir. 


▪︎[Misalnya sholat ketika sedang berperang, khawatir diserang musuh secara dadakan, maka ada beberapa gerakan sholat yang diubah agar menjadi ringkas, efisien dan aman].


○○○


وهي أنواع :


فصل في بيان تخفيفات الشرع

(منها) تخفيف الإسقاط : كإسقاط الجمعات والصوم والحج والعمرة

بأعذار معروفات .

(ومنها) تخفيف التنقيص : كقصر الصلوات، وتنقيص ما عجز عنه المريض من أفعال الصلوات كتنقيص الركوع والسجود وغيرهما إلى القدر الميسور من ذلك.

(ومنها) تخفيف الإبدال : كإبدال الوضوء والغسل بالتيمم، وإبدال

القيام في الصلاة بالقعود والقعود بالاضطجاع والاضطجاع بالإيماء وإبدال العتق بالصوم، وإبدال الصيام بالإطعام في حق الشيخ الكبير الذي يشق عليه الصيام، وكإبدال بعض واجبات الحج والعمرة بالكفارات عند قيام الأعذار .

(ومنها) تخفيف التقديم : كتقديم العصر إلى الظهر، والعشاء إلى المغرب في السفر والمطر، وكتقديم الزكاة على حولها، والكفارة على حنثها .

(ومنها) تخفيف التأخير : كتأخير الظهر إلى العصر، والمغرب إلى العشاء، ورمضان إلى ما بعده.

(ومنها) تخفيف الترخيص : كصلاة المتيمم مع الحدث، وصلاة المُسْتَجْمِر مع فضلة النجو، وكأكل النجاسات للمداواة، وشرب الخمر للغصة، والتلفظ بكلمة الكفر عند الإكراه. ويُعبر عن هذا بالإطلاق مع قيام المانع، أو بالإباحة مع قيام الحاظر .


●●●


👨‍🏭Adam Mostafa EL Prembuny

💠Ada 5 Macam Rukhshoh dalam Syariat

 Ada 5 Macam Rukhshoh Berdasarkan Hukumnya



Imam Jalaluddin as Suyuthi dalam kitabnya, beliau menuliskan pembagian rukhshoh berdasarkan hukumnya :


~


1️⃣. Rukhshoh Wajib. Contohnya, 


1. Memakan bangkai karena darurat kelaparan, 

2. Berbuka puasa karena khawatir akan memperburuk sakit karena kondisi wabah kelaparan, 

3. Menghilangkan kehausan yang parah dengan meminum khomer.

▪︎️[Jika ia tidak makan atau minum saat itu juga bisa menyebabkan kematian, maka dalam keadaan ini melakukan 3 hal tadi yang hukum asalnya Haram itu bisa berubah menjadi Wajib karena darurat].


2️⃣. Rukhshoh Sunnah. Contohnya, 


1. Sholat qoshor bagi seorang musafir (yang sudah mencapai 2 marhalah), 

2. Berbuka puasa bagi orang yang sakit atau musafir yang mengalami masyaqqoh (kesulitan) jika melanjutkan puasa, 

▪︎️[Namun bagi musafir ataupun orang sakit yang tidak mengalami masyaqqoh, maka tidak disunnahkan untuk berbuka]. 


3. Menunda sholat dzhuhur sampai hawanya sejuk;

4. Ketika memandang calon tunangan.

▪︎[️Disunnahkan memandang wajah dan telapak tangan calon istri ketika melamar].


3️⃣. Rukhshoh Mubah. Contohnya,


1. Akad transaksi salam 


▪︎️[Akad salam : Jual beli pesanan dengan uang yang dibayarkan duluan sebelum ada barangnya), hukumnya asalnya sih gak boleh, karena dianggap membeli barang yang tidak berwujud (bai'ul ma'dum), tapi karena sangat dibutuhkan dan sudah menjadi 'urf/tradisi, maka hukumnya berubah menjadi mubah]


4️⃣. Rukhshoh Khilaful Aula (lebih utama ditinggalkan). Contohnya,


1. Mengusap sepatu ketika berwudhu, menjamak sholat dan berbuka puasa (bagi musafir) yang tidak mengalami kondisi darurat.

▪︎[Maka lebih utama jika ia melepas sepatunya agar kakinya bisa terbasahi air wudhu, dan lebih utama jika ia melanjutkan puasa jika tidak mengalami kondisi darurat].


2. Bertayamum bagi orang yang telah menemukan air, tapi air tersebut harus dibeli dengan harga di atas standar, padahal dia mampu untuk membelinya.

▪︎[Maka lebih utama jika dia membeli air tersebut secukupnya untuk berwudhu.]


5️⃣. Rukhshoh Makruh. Contohnya, 


1. Mengqoshor sholat dalam perjalanan yang belum mencapai tiga marhalah (135 KM menurut madzhab Hanafi) 

▪︎️[Atau dua marhalah 80,64 KM menurut mazhab Syafi'i atau 88,704 KM menurut mayoritas ulama].

▪︎[Kemakruhan ini disebabkan oleh adanya ketentuan jarak tempuh dalam safar yang syarat minimalnya 2 sampai 3 marhalah].


~


📕Al Asybah wan Nadzhoir lil Imam as Suyuthi, halaman 82, Cet. DKI


○○○

الرخص أقسام :

الفائدة الثالثة


▪︎ما يجب فعلها ، كأكل الميتة للمضطر ، والفطر من خاف الهلاك بغلبة الجوع والعطش وإن كان مقيما صحيحا ، وإسافة الغصة بالخمر :

▪︎وما يندب ، كالقصر في السفر والفطر لمن يشق عليه الصوم في سفر ، أو مرض . والابراد بالظهر ، والنظر إلى المخطوبة .

▪︎وما يباح ، كالسلم :

▪︎وما الأولى تركها : كالمسح على الخف ، والجمع ، والفطر لمن لا يتضرر ، والتيمم لمن وجد الماء يباع بأكثر من ثمن المثل ، وهو قادر عليه :

▪︎وما يكره فعلها ، كالقصر في أقل من ثلاثة مراحل :


●●●


👨‍🏭Adam Mostafa EL Prembuny

💠Jumlah Kosakata Bahasa Arab

Berapa Jumlah Kosakata Bahasa Arab dan Berapa Jumlah Kata Serapannya Ke Bahasa Indonesia? 


☆ 


Seorang Ulama sekaligus Sejarawan asal Irak, Syaikh Jawad 'Ali al 'Iroqi, beliau menyebutkan bahwa jumlah kosa kata Arab mencapai 12,3 juta. Lebih tepatnya 12.305.052 kata. Ini menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa dengan kosakata terkaya dalam sejarah.


Berikut penjelasan beliau dalam kitabnya : 


~


واللغة العربية اليوم، هي من أعظم اللغات السامية الباقية، بكثرة من يتكلم ويكتب بها، وبكثرة ما ألف ودون بها. وهي تستعمل اليوم قلمًا اشتق من قلم سامي شمالي، وكان لها في الماضي قلم قديم كان مستعملًا عند العرب من أيام ما قبل الميلاد إلى ظهور الإسلام، مات بسبب اتخاذ الإسلام القلم الجزم قلمًا للوحي، دون به القرآن الكريم، فصار بذلك القلم الشرعي الرسمي، وأمات بذلك الأقلام الجاهلية الأخرى المشتقة من القلم "المسند". ونجد في المعاجم اللغوية مئات الألوف من الألفاظ المعبرة 


"Saat ini, bahasa Arab termasuk bahasa Semit terbesar yang masih ada, dengan banyaknya orang yg berbicara dan menulis dengannya, dan banyak yang mengarang dan menyusun buku dengan bahasa tersebut. 


Bahasa Arab hari ini menggunakan aksara yang berasal dari aksara Semit utara. Pada zaman dahulu, bahasa arab memiliki aksara kuno yang digunakan oleh orang-orang Arab sejak zaman sebelum Masehi hingga munculnya Islam. Aksara itu mati karena Islam mengambil aksara yang baku sebagai penulisan untuk wahyu yang digunakan untuk menulis ayat-ayat Al-Qur'an, sehingga menjadi penulisan resmi yang sah, dan aksara pra Islam lainnya berasal dari “al Musnad”. 


ونجد في المعاجم اللغوية مئات الألوف من الألفاظ المعبرة عن معان، وقد قدر بعض العلماء عدد ألفاظ العربية بنحو من "١٢٣٠٥٠٥٢" كلمة٣. ويعود سبب غناها في الألفاظ إلى كثرة وجود المترادفات فيها، التي هي من بقايا لغات قبائل، وإلى خاصية جذور الكلم فيها في توليد الألفاظ الجديدة بتحريك هذه الجذور. 


📕جواد علي العراقي : المفصل في تاريخ العرب قبل الإسلام 


"Kita menemukan dalam kamus lughoh ratusan ribu kata yang mengungkapkan makna. Dan sebagian Ulama memperkirakan jumlah kata dalam bahasa Arab sekitar 12.305.052 (dua belas juta tiga ratus lima ribu lima puluh dua) kata. 


Penyebab dari kekayaan kata bahasa arab ini adalah karena banyaknya sinonim di dalamnya, yang merupakan sisa-sisa bahasa kabilah-kabilah di arab, dan sifat akar katanya dalam menghasilkan kata-kata baru dengan memindahkan akar-akar kata tersebut." 



📕Al Mufasholu fi Tarikhil 'Arob Qoblal Islam, Juz 8 halaman 535, Cet. Sa'adat Jami'ah Baghdad Ala Thob'i wan Nasyri.


===


🔹️Inilah salah satu keistimewaan bahasa Arab, yakni mampu menciptakan kosa kata baru dengan makna yang berbeda-beda, dan selalu berkembang lebih banyak dibandingkan bahasa lainnya.  Bahasa Arab memiliki banyak kosakata karena punya beragam akar kata dan adanya kata-kata dengan bentuk yang mirip tapi memiliki makna yang berbeda.  Kosakata dalam bahasa Arab disebut mufrodat dan terbagi menjadi 3 yaitu : Isim (k. benda), Fi'il (k. kerja), dan Harf (huruf). 


Menurut lembaga Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra, jumlah kosakata dalam bahasa Indonesia yang telah tercatat dalam buku 📘KBBI edisi ke 5, sekitar 127.036 bentuk kata. 


Sedangkan bahasa Inggris dalam buku kamus 📘Oxford English Dictionary memiliki 273.000 kata utama ; 171.476 di antaranya masih digunakan saat ini, 47.156 kata yang sudah tidak digunakan lagi , dan sekitar 9.500 kata turunan disertakan sebagai sub-entri.  Kamus ini berisi 157.000 kombinasi dan turunan, dan 169.000 frasa dan kombinasi, sehingga total jumlahnya lebih dari 600.000 bentuk kata.


🔹️Serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia


Menurut Badan Pengembangan Bahasa & Perbukuan" di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, jumlah kosakata serapan Arab yang ada dalam bahasa Indonesia berjumlah 1495 kata.


Kata-kata serapan bahasa Arab dalam bahasa Indonesia bisa dibagi jadi 4 macam, yaitu: 


1. Kata yang ucapan dan maknanya masih sama.

Contoh : Abadi أبدي , Wajib وجب , Musibah مصيبة , Hakim حاكم , Maut موت , Daftar دفتر , Halal حلال


2. Kata yang ucapannya berubah, tapi maknanya tetap.

Contoh : Lafal لفظ , Rezeki رزق , Sekarat سكرة , Kabar خبر , Senin إسنين , Rabu أربعاء , Mungkin يمكن


3. Kata yang ucapan sama, tapi maknanya berubah.

Contoh : Kalimat كلمة, Siasat سياسة


4. Kata yang ucapan dan maknanya berubah.

Contoh : Perlu فرض , Petuah فتوى , Laskar عسكر , Logat لهجة , Naskah نسخة


===


#kamus #arab #kamusarab #kosakata #serapan #islam #alquran #faedah #khazanah #sejarah #algoritma #up #news #kitab #rekomendasi


👨‍🏭Adam Mostafa EL Prembuny

Kamis, 14 November 2024

💠Peringatan Kepada Kaum Anti Madzhab

Syaikh Muhammad Zahid al Kautsari (Ulama Besar Akhir Era Turki Utsmani) - Menanggapi Ajakan Anti Madzhab 

Oleh : Adam Mostafa EL Prembuny


☆Referensi saya :

📕Kitab  : Al Laa Madzhabiyyah
👳‍♂️Karya : Syaikh Muhammad Zahid al Kautsari

~


فمذاهب تكون بهذا التأسيس وهذا التدعيم إذا لقيت في آخر الزمن متزعما في الشرع يدعو إلى نبذ التمذهب باجتهاد جديد يقيمه مقامها، محاولا تدعيم إمامته باللامذهبية بدون أصل يبني عليه غير شهوة الظهور، تبقى تلك المذاهب وتابعوها في حيرة بماذا يحق أن يلقب من عنده مثل هذه الهواجس والوساوس، أهو مجنون مكشوف الأمر، غلط من لم يقده إلى مستشفى المجاذيب، أم مذبذب بين الفريقين يختلف أهل العقول في عدِّه من عقلاء المجانين، أو مجانين العقلاء؟!. 


Maka terbentuknya sebuah Mazhab (fiqih) yang menjadi dasar dan dukungan yang menopang Madzhab-madzhab besar hingga dapat bertahan hingga sekarang. Lalu bagaimana bisa pada akhir zaman seperti sekarang muncul sekelompok orang yang mengajak manusia untuk meninggalkan Mazhab-mazhab tersebut, lalu mengadakan ijtihad-ijtihad baru yang katanya sesuai dengan masa kini mencoba menciptakan Mazhab baru yaitu "Mazhab tanpa Mazhab" dimana di dalamnya tidak ada landasan dan pijakan metodologi yang jelas, melainkan hanya kesimpulan-kesimpulan hukum yang dibuat untuk menyesuaikan dengan hawa nafsu mereka sendiri.


Maka ketahuilah bahwa Mazhab tanpa Mazhab tersebut beserta pengikutnya akan selamanya berada dalam kekacauan berfikir. Perkataan-perkataan semacam itu lebih layak disebut dengan igauan atau racauan belaka. Apakah mereka sedang menebarkan sebuah pemikiran gila? Atau mereka sedang terayun ayun tidak tentu arah dalam kelompok yang bertentangan dengan akal sehat, mereka menyatakan diri mereka ada dalam salah satu dua kelompok, orang-orang gila yang berakal atau orang² berakal yang gila. 


بدأنا منذ مدة نسمع مثل هذه النعرة من أناس في حاجة شديدة على ما أرى إلى الكشف عن عقولهم بمعرفة الطبيب الشرعي.

قبل الالتفات إلى مزاعمهم في الاجتهاد الشرعي القاضي - في زعمهم - على اجتهادات المجتهدين، فعلى تقدير ثبوت أن عندهم بعض عقل، فلا بد أن يكونوا من صنائع أعداء هذا الدين الحنيف، ممن لهم غاية ملعونة إلى تشتيت اتجاه الأمة الإسلامية في شؤون دينهم ودنياهم، تشتيتا يؤدي بهم إلى التناحر والتنابذ والتشاحن والتنابز يوما بعد يوم، بعد إخاء مديد استمر بينهم منذ بزغت شمس الإسلام إلى اليوم. 


Ketika kami mendengar keangkuhan yang

merendahkan Mazhab semacam itu di kalangan sebagian orang, kami merasa pihak tersebut harus memeriksa kewarasan akal mereka terlebih dahulu, sebelum masuk dalam arena yang mereka sebut sebagai ijtihad baru tersebut. Jika memang mereka itu waras, maka sungguh apa yang mereka lakukan itu adalah upaya mencerai-beraikan umat Islam dalam perkara agama dan dunia mereka. Apa yang mereka lakukan itu telah memantik api perpecahan dan permusuhan di tengah umat Islam, merusak ikatan persatuan yang telah terbangun semenjak awal mula matahari Islam terbit di ufuk dunia.


فالمسلم الرزين لا ينخدع بمثل هذه الدعوة، فإذا سمع نعرة الدعوة إلى الانفضاض من حول أئمة الدين الذين حرسوا أصول الدين الإسلامي وفروعه من عهد التابعين إلى اليوم، كما توارثوه من النبي - صلى الله عليه وسلم - وأصحابه - رضي الله عنهم أجمعين - أو طرق سمعه نعيق النَّيْل من مذاهب أهل الحق، فلا بد له من تحقيق مصدر هذه النعرة واكتشاف وكر هذه الفتنة، وهذه النعرة لا يصح أن تكون من مسلم صميم درس العلوم الإسلامية حق الدراسة، بل إنما تكون من متمسلم مندس بين علماء المسلمين أخذ بعض رؤوس مسائل من علوم الإسلام بقدر ما يظن أنها تؤهله لخدمة صنائعه ومرشحيه، فإذا دقق ذلك المسلم الرزين النظرَ في مصدر تلك النعرة بنوره الذي يسعى بين يديه، يجده شخصا لا يشارك المسلمين في آلامهم وآمالهم إلا في الظاهر، بل يزامل ويصادق إناسا لا يتخذهم المسلمون بطانة، ويلفيه يجاهر بالعداء لكل قديم وعتيق إلا العتيق المجلوب من مغرب شمس الفضيلة، ويراه يعتقد أن رطانته تؤهله - عند أسياده - لعمل كل ما يعمل، فعندما يطلع ذلك المسلم على جلية الأمر يعرف كيف يخلص نيئة الإسلام من شرور هذا النعيق المنكر بإيقاف أهل الشأن على حقائق الأمور، والحق يعلو ولا يعلى عليه. 


Seorang muslim yang tenang tidak akan tertipu dengan ajakan-ajakan untuk tidak bermazhab. Seandainya ia mendengar keangkuhan dari orang-orang yang tanpa Mazhab tersebut, yang mencoba merusak tatanan yang telah dibentuk oleh para Imam dalam perkara agama dan cabang² nya, sejak zaman tabi'in sampai saat ini, sebagaimana yang diwarisi oleh nabi Muhammad dan para sahabatnya, maka dakwah² dan ajakan (anti madzhab) tersebut harus diluruskan dan dibongkar kedoknya. 


Seorang muslim yang mempelajari agama Islam dengan tahapan dan metode yang benar tidak akan mudah mengikuti ajakan-ajakan sombong

agar tidak bermazhab tersebut. Pikiran semacam itu pasti muncul dari orang² yang menyusup di antara para ulama, yang belajar sepotong-potong ilmu lalu merasa bahwa ia sudah menjadi Ahli di dalamnya, untuk memposisikan dirinya sebagai ahli dan master di dalam ilmu tersebut. 


Jika kita memeriksa lebih jauh apa yang menjadi dasar berpikir mereka, kita akan temukan bahwa mereka adalah orang² yang tidak ingin menyatu bersama kaum muslimin dalam suka maupun duka kecuali hanya dzohirnya saja yang seperti itu, bahkan mereka justru cenderung lebih dekat dengan orang² yang tidak bersahabat dengan umat Islam. Kita akan dapati bahwa orang² yang menyebarkan pemahaman semacam itu justru adalah orang² yang menampakkan api permusuhan terhadap umat Islam dan ulama-ulama pendahulu sebelumnya. 


Mereka bahkan merasa sebagai orang² yang paling Ahli dalam ilmu ini sehingga bebas untuk melakukan apapun yang menurut mereka benar. Jika kita memahami hakikat keadaan semacam ini, sungguh cara untuk melawan pemikiran angkuh mereka itu adalah dengan menyerahkan suatu perkara kepada Ahlinya. Karena pada hakikatnya kebenaran itu pasti unggul dan tidak mungkin diungguli oleh yang lain. 


فإذا تم لدعاة النعرة الحديثة في قصر الاجتهاد على شخص واحد من أبناء العهد الحديث – بمؤهلات غير معروفة – وتمكنوا من إبادة المذاهب المدونة في الإسلام لهؤلاء الأئمة الأعلام ، ومن حمل الجماهير على الانصياع لآراء ذلك الشخص يتم لهم ما يريدون . 


لكن الذي يتغنى بحرية الرأي على الإطلاق بكل وسيلة كيف يستقيم له منح الطامحين من أبناء الزمن مثله إلى الاجتهاد من الاجتهاد ، أم كيف يجيز إملاء ما يريد أن يمليه من الآراء على الجماهير مرغمين فاقدي الحرية ، أم كيف يبيح داعي الحرية المطلقة حرما الجماهير المساكين المقلدين حرية تخير مجتهد يتابعونه باعتبار تعويلهم عليه في دينه وعلمه في عهد النور!!؟ . ولم يسبق لهذا الحجر مثيل في عهد الظلمات !!! وهذا مما لا أستطيع الجواب عنه . 


Sungguh amat jelas bahwa perkataan sombong sebagian kalangan pada zaman ini, yang mencoba merendahkan Mazhab-mazhab yang sudah ada, lalu membatasi ijtihad pada satu orang Ulama yang mereka anggap pemilik kebenaran tunggal, padahal kepakaran dan kefaqihan mereka itu belum diakui sebagaimana para imam Mazhab. Mereka bertujuan untuk memberangus semua Mazhab yang telah terbentuk dan tertulis dalam Islam, kemudian membelokkan umat Islam agar hanya mengikuti pendapat satu orang Ulama yang dikatakan sebagai satu-satunya representasi dari ajaran Islam yang mereka yang murni. 


Bahkan terkadang pengusung (anti madzhab) itu menyatakan kebebasan berpendapat secara mutlak, ijtihad dapat dilakukan hanya dengan sarana dan kemampuan berpikir yang terbatas? Kemudian di sisi lain justru memaksakan ijtihad mereka kepada seluruh umat Islam? Bukankah ini dua hal yang bertentangan? Mereka mengatakan tidak perlu bermazhab artinya mereka sedang menyuarakan kebebasan berpendapat, tetapi kenyataannya justru mereka amat sangat memaksakan pendapat mereka seolah olah merupakan satu-satunya kebenaran, hal ini justru menafikan prinsip kebebasan berpendapat yang mereka usung pada awalnya. Mereka malah mengatakan bertaqlid pada satu Mazhab itu haram, padahal para Imam Mazhab itu diikuti karena faktor ketinggian ilmu dan agama mereka. Sungguh kerancuan berfikir mereka adalah sesuatu yang tidak sanggup dimengerti.


▪︎


📕Al Laa Madzhabiyyah Qontoroh al Laa Diniyyah. Halaman 6 - 10, Cet. Maktabah al Azhariyah lit Turots 


○○○


Minggu, 06 Oktober 2024

💠Kaum Musyrikin Itu Najis Menurut Al-Quran

Kaum Musyrikin Itu Najis - Tafsir At Taubah Ayat 28

Oleh : Adam Mostafa EL Prembuny


☆Referensi saya :

📕Tafsir Quran Al Munir
👳‍♂️Syaikh DR. Wahbah Zuhaili

~

▪︎ Thoharoh atau Bersuci, itu ada 2 jenis :


1. Bersuci secara hissi/inderawi (tampak).

Yakni membersihkan diri dari najis-najis hissy seperti bekas kotoran, kencing, darah, nanah dan bangkai.
Cara bersucinya yakni dengan mengalirkan & membasuhnya dengan air yang suci dan mensucikan.

Najis hissy adalah benda-benda yang secara umum dianggap kotor menurut syariat Islam seperti yang sudah disebutkan di atas.

2. Bersuci secara maknawi/majazi (abstrak).

Yang dimaksud bersuci secara maknawi adalah seseorang yang membersihkan diri dari najis-najis maknawi seperti kesyirikan, kefasikan, kemaksiyatan dan kekufuran dan perbuatan dosa lainnya.
Cara bersucinya dengan cara bertaubat kepada Allah dan menjauhi hal-hal terlarang yang telah disebutkan tadi.
 
Dan najis maknawi adalah najis i'tiqod/keyakinan serta perbuatan yang bersifat kesyirikan, kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan.

Najis maknawi adalah salah satu najis yang dimaksud dalam ayat Al-Qur'an :
"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ "
"..innamal musyrikuuna najasun...".

~

▪︎ Tafsir dan Penjelasan


"Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul Nya, sesungguhnya orang-orang musyrik adalah Najis, aqidah mereka rusak serta bergelimang dalam najis. Mereka orang-orang yang najis karena buruknya bagian dalam tubuh mereka dan kerusakan aqidah mereka karena menyembah berhala-berhala dan patung-patung atau karena mereka bersama dengan kemusyrikan.
Mereka adalah seperti najis yang harus dijauhi atau karena mereka tidak bersuci, tidak mandi junub dan tidak menjauhi najis-najis yang tampak. Jika mereka orang-orang yang najis, janganlah mereka memasuki Masjidil Harom, jangan pula thowaf dalam keadaan telanjang.
Ini adalah larangan kepada orang-orang mukmin agar tidak mengizinkan orang-orang musyrik memasuki Masjidil Harom setelah tahun ke 9 H. 

Firman Allah : (Innamal musyrikuna najasun} menunjukkan pembatasan makna. Maksudnya, tidak ada yang najis kecuali orang Musyrik. Yang dimaksud dengan orang-orang musyrik menurut pendapat mayoritas ulama adalah para penyembah berhala. Sekelompok ulama berpendapat bahwa ayat ini mencakup semua orang kafir dengan dalil firman Allah :

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni opa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki." 📚An Nisaa' : 48

Ini adalah pendapat yang paling unggul dan yang tampak dari ayat tersebut yang dimaksud dengan najis di situ adalah Najis Maknawi, yakni najis i'tiqod (keyakinan). 
Imam Az Zamakhsyari meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwa orang-orang musyrik itu Najis sebagaimana najisnya anjing dan babi, sesuai makna dzohir dari ayat tersebut. Namun mayoritas ulama Fuqoha' sepakat bahwa mereka berbeda dengan pendapat pertama tersebut, mereka berpendapat bahwa Badan mereka (orang-orang Musyrik) itu suci.

Orang Musyrik atau orang kafir itu bukanlah Najis secara fisik dan zat, sebab Allah telah menghalalkan makanan yang diberikan Ahlul kitab (non muslim) untuk kaum Muslimin."


📕Tafsir Quran, Al Munir fil Aqidati wa Syari'ati wal Manhaji, Jilid 5, Surah at Taubah : 28, halaman 516, Cet. Darul Fikr.


○○○



Sabtu, 05 Oktober 2024

💠Waktu Mustajab Untuk Berdoa Di Hari Jumat

Waktu-waktu Yang Mustajab Untuk Berdoa di Hari Jumat

Oleh : Adam Mostafa EL Prembuny


☆Referensi saya :

📕Fathul Bari Syarh Shohih Bokhori
👳‍♂️Imam Ibnu Hajar al Asqolani



Jangan lewatkan momen ini untuk tidak berdoa. Sayang banget kalo gak doa, mumpung hari Jumat. Full barokah lur 😁👍, insyallah pasti qobul. Jangan lupa tingkatkan juga ikhtiarnya.

▪︎ Di dalam Kitab Fathul Bari, Imam Ibnu Hajar al Asqolani menjelaskan sebagai berikut :

قوله ( باب الدعاء في الساعة التي في يوم الجمعة ) 
Bab Berdoa di waktu (Mustajab) yg ada di Hari Jumat 

Dari sohabat Abu Huroiroh, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan tentang hari Jumat, lalu beliau bersabda,

فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ 

“Padanya (hari Jumat) terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang ia berdiri melaksanakan shalat kemudian dia memulaikan suatu doa pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang dia minta. Beliau mengisyaratkan dengan tangannya: Kami katakan, 'Beliau menyedikitkannya, mengecilkannya." 
📜HR. Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad.

أي التي ترجى فيها إجابة الدعاء . وقد ترجم في كتاب الجمعة « باب الساعة التي في يوم الجمعة » ولم يذكر في البابين شيئا يشعر بتعيينها . وقد اختلف في ذلك كثيراً ، واقتصر الخطابي منها على وجهين : أحدهما أنها ساعة الصلاة ، والآخر أنها ساعة من النهار عند دنو الشمس للغروب ، وتقدم سياق الحديث في كتاب الجمعة من طريق الأعرج عن أبي هريرة بلفظ « فيه ساعة لا يوافقها عبد مسلم وهو قائم يصلى يسأل الله شيئا إلا أعطاه إياه ، وأشار بيده يقللها ، وقد ذكرت شرحه هنالك 

Maksudnya, saat atau waktu yang diharapkan untuk dikabulkannya doa (waktu mustajab). Dalam pembahasan tentang hari Jum'at, Imam Bukhari mencantumkan judul "Waktu (mustajab) yg terdapat pada hari Jum'at", tapi dalam bab itu dan juga dlm bab ini, Imam Bukhari tidak mencantumkan sesuatu yg menetapkan waktunya.

Ada banyak perbedaan pendapat mengenai hal ini. Imam Abu Sulaiman al Khaththabi
membatasinya hanya pada dua waktu, yaitu selama waktu sholat Jumat dan waktu di
siang hari ketika matahari hampir terbenam (antara ba'da Ashar ke Magrib)... "


📕Fathul Bari Syarh Bukhori, juz 11 halaman 202, Cet. Maktabah Malik Fahd. 


▪︎ Menurut Imam Ibnu Hajar, ada beda pendapat hingga 40 pendapat dalam masalah ini mengenai penentuan kapankah waktu mustajab terkabulnya doa di hari Jumat. 
Tapi pendapat yg paling dekat dgn dalil hadits memang hanya dua :

1. Antara duduknya Imam (khotib) di mimbar hingga selesai sholat.

Dari sohabat Abu Burdah bin Abi Musa Al Asy’ari ra, ia berkata, "Abdullah bin Umar bertanya kepadaku:

"'Apakah engkau pernah mendengar ayahmu menyebut suatu hadis dari Rasulullah Shollallahu alaihi wassallam mengenai waktu mustajabnya doa di hari Jumat?' Abu Burdah menjawab, 'Iya betul, aku pernah mendengar dari ayahku (Abu Musa), ia berkata bahwa Rasulullah Shollallahu alaihi wassallam bersabda:

هِىَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلاَةُ

Waktu tersebut adalah antara imam duduk ketika khutbah hingga imam menunaikan Sholat Jumat." 
📜HR Imam Muslim.


2. Ba'da ‘Ashar sampe tenggelamnya matahari.

Dari sohabat Jabir bin ‘Abdillah ra, dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam, beliau bersabda:

يَوْمُ الْجُمُعَةِ ثِنْتَا عَشْرَةَ يُرِيدُ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ 

"(Waktu siang) di hari Jumat ada 12 (jam). Jika seorang muslim memohon pada Allah Azza wa Jalla sesuatu (di suatu waktu di hari Jumat) pasti Allah Azza wa Jalla akan mengabulkannya. Carilah waktu tersebut yaitu di waktu-waktu akhir setelah Ashar." 
📜HR Imam Abu Dawud dan Imam An Nasa’i.

Dari sohabat Abu Said al Khudri dan Abu Huroiroh, Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ سَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فِيهَا خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَهِيَ بَعْدَ الْعَصْرِ

Di hari Jumat terdapat suatu waktu, dimana jika ada seorang hamba muslim yang memanjatkan doa kepada Allah bertepatan dengan waktu tersebut, Allah akan memberi apa yang dia minta. Waktu itu adalah setelah Ashar. 
📜HR Imam Ahmad

Dari sohabat Abdullah bin Sallam ra, beliau pernah bertanya kepada Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, 
“Kami menjumpai dalam kitabullah, bahwa di hari jumat ada satu waktu, apabila ada seorang hamba beriman melakukan shalat bertepatan dengan waktu tersebut, kemudian memohon kepada Allah, maka Allah akan penuhi permohonannya.” 

Kemudian Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat kepadaku, ‘Itu hanya sebentar?’
‘Anda benar, hanya sebentar.’ Jawab Abdullah bin Sallam.

Lalu Abdullah bertanya, ‘Kapan waktu itu’
Jawab beliau,

هِيَ آخِرُ سَاعَاتِ النَّهَارِ 

“Itu adalah waktu di penhujung hari.”
‘Bukankah itu waktu larangan shalat?’
Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

بَلَى ، إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا صَلَّى ثُمَّ جَلَسَ لَا يَحْبِسُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ ، فَهُوَ فِي الصَّلَاةِ

“Benar, tapi ketika seorang hamba melakukan sholat (di awal asar), lalu dia duduk menunggu shalat berikutnya, dia terhitung sedang melakukan shalat.” 
📜HR. Imam Ibnu Majah. 


●●●

💠Amaliyah Ba'da Salam Sholat Jumat

Amaliyah Jumat, Doa Setelah Salam Sholat Jumat), Sebelum Merubah Posisi Kaki (Masih Posisi Tahiyat Akhir) 

Oleh : Adam Mostafa EL Prembuny 


☆Referensi saya :

📕Bughyatul Mustarsyidin
👳‍♂️Al Imam Sayyid Abdurrahman al Hadhromi


Amaliyah ba'da salam sholat Jumat, sebelum merubah posisi kaki (kaki masih posisi Tahiyat akhir) :


فائدة : ورد أن من قرأ الفاتحة والإخلاص والمعوذتين سبعاً سبعاً عقب سلامه من الجمعة قبل أن يثني رجليه غفر له ما تقدم من ذنبه وما تأخر ، وأعطي من الأجر بعدد من آمن بالله ورسوله، ويوعد من السوء إلى الجمعة الأخرى، وفي رواية زيادة وقبل أن يتكلم حفظ له دينه ودنياه وأهله وولده ويقول بعدها أربع مرات : اللهم يا غني يا حمید، با مبدىء یا معید، يا رحيم يا ودود، أغنني بحلالك عن حرامك، وبطاعتك عن معصيتك، وبفضلك عمن سواك، ام باعشن. ونقل عن أبي الصيف أن من قال هذا الدعاء يوم الجمعة سبعين
اهـ
بغية المسترشدين ص: 1.6 


Faidah wirid

"Barangsiapa yg membaca surat Al Fatihah, Al Ikhlas dan surat Al Mu'awwidzatain (An Nas & Al Falaq) masing2 tujuh kali setelah ia salam dari shalat Jumat, sebelum dia melipat kedua kakinya dgn artian posisi kakinya tetap seperti tahiyat akhir.

Maka Allah ampuni dosa yg telah berlalu dan yg akan datang, dan Allah berikan pahala sebanyak jumlah orang yg beriman pada Allah dan rosul Nya, dan Allah janji akan menjauhkan dia dari kejelekan sampai Jumat berikutnya.

Dalam riwayat yg lainnya, "Kalo dibaca sebelum dia berbicara/berucap (kata2 lain), maka Allah akan menjaga agamanya, dunianya, keluarganya dan anak2 nya dan setelah itu bacalah doa ini :

اللهم يا غني يا حميد يا مبدئ يا معيد يا رحيم يا ودود أغنني بحلا لك عن حرامك وطاعتك عن معصيتك وبفضلك عمن سواك   

Allohumma Ya Ghoniyyu Ya Hamid, Ya Mubdi’u Ya Mu’id, Ya Rohimu Ya Wadud, Aghnini bihalalika an haromika, wa bi tho’atika an ma’shiyatika, wa bifadhlika 'amman siwaka.

Ya Allah, Wahai Dzat yg Maha Kaya, Maha Terpuji, Maha Pencipta,  Maha Mengembalikan, Maha Penyayang, Maha Pengasih, Maha penuh Cinta, kami memohon kepada Mu, jadikanlah kami kaya dgn apa yg telah Kau halalkan dari yg Kau haramkan, dan dgn ketaatan pada Mu dari bermaksiat pada Mu, dan karunia Mu dari pihak selain diri Mu."


📕Bughyatul Mustarsyidin, halaman 106, Cet. DKI (darul kutub 'ilmiyah).


~Qultu : Itu kan buat cowo, gimana kalo buat cewe? Kan ga wajib Solat Jumat?
Untuk wanita, boleh diamalkan setelah salam sholat Dzuhur di hari Jumat.

●●●

💠Husnudzhon Bila Doamu Belum Dikabulkan

Jangan Khawatir Bila Doa Belum Dikabulkan - Imam Al Jauzi 

Oleh : Adam Mostafa EL Prembuny


☆Referensi saya :

📕Shoidul Khotir 
👳‍♂️Imam Abul Faroj Ibnu Al Jauzi


Saya (Imam Ibnu al Jauzi) melihat keanehan ketika seorang mukmin berdoa sama Allah tapi belum juga dikabulkan. Dia mengulang2 doanya sampe sekian lama , tapi gak juga dateng tanda2 jawaban dari Allah . 
Harusnya kan dia tau kalo hal itu adalah cobaan yg butuh kesabaran . Dia gak boleh khawatir selama nunggu terkabulnya doa , karna kekhawatiran itu adalah penyakit yg harus disembuhkan . Saya (Imam Ibnu Al Jauzi) juga pernah ngalamin yg begitu . 
Ketika itu , saya ditimpa musibah maka saya berdoa dgn sungguh2. Tapi gak juga dateng tanda2 jawabannya . Mulailah Iblis nebar perangkap tipu daya. Suatu saat dia berkata dlm bisikan di jiwa saya.

👹 :  "Kedermawanan itu sangatlah luas dan Allah tidaklah kikir, lalu apa artinya kalo jawaban dari doa2 mu malah ditunda sama Allah? " 

👳‍♂️Saya jawab : "Diamlah wahai makhluk yg terkutuk, Aku gak butuh nasehatmu" 
👳‍♂️Saya kemudian merenungkan diri. Kepada jiwa ini saya berkata :  "Hapuslah kegelisahanmu , wahai jiwaku,  Allah tidak menunda kecuali ingin menguji ketabahanmu dlm menghadapi musuhmu (masalahmu) , agar kamu menjadi tangguh." 

💙Jiwa saya berbisik menjawab  " Hiburlah aku yg sedang dirundung duka menunggu terkabulnya doa ini . " 

👳‍♂️Saya menjelaskan bbrp nasihat kepada jiwa saya ini : 

●Pertama , telah tsabit dgn bukti bahwa Allah aza wa jalla sang Maharaja, Raja yg memiliki kekuasaan dan wewenang untuk memberi ataupun tidak memberi. Maka , gak ada alasan buat kita untuk menentang Nya . 

●Kedua , hikmah2 Nya telah tsabit dgn jelas lewat dalil2 yg qoth'i . Mungkin kamu menilai sesuatu itu baik untukmu , tapi sebenernya di balik itu ada hikmah yg gak kamu ketahui . Lihat seorang dokter yg memberikan resep yg gak kamh ketahui hikmahnya, karena secara dzohir, obat adalah pahit . Hal itu bisa kamu bandingin dgn hikmah Allah . 

●Ketiga , bisa aja pengabulan doa ditunda demi suatu maslahat , sementara kalo doa segera dikabulkan malah akan timbul bahaya . Rasulullah pernah bersabda, "Seseorang akan berada dlm kebaikan selama dia gak tergesa2 berkata , saya -berdoa namun tak kunjung dikabulkan- ". 

●Keempat , bisa aja doamu tertolak , wahai jiwaku , karena aib yg kamu simpan dlm dirimu . Mungkin aja dlm makananmu ada sesuatu yg syubhat atau hatimu lalai saat berdoa . Mungkin aja karna kamu gak sungguh2 bertaubat sama Allah , karna gak segera meninggalkan perbuatan dosa . Itulah siksaan yg kamu alami wahai jiwaku. Wahai jiwaku, hendaknya kamu melihat, di mana letak kekuranganmu. " 

●Kelima , yg harus dilakukan olehmu dlm persoalan ini, wahai jiwaku, adalah berusaha memandang segala sesuatu dgn jernih. Mungkin dgn terkabulnya apa yg kamu inginkan malah akan bertambah juga dosa2 mu . Atau bisa jadi, hal itu akan ngurangi derajat amalmu dlm kebaikan , maka dgn gak langsung dikabulkan doa2 mu saat itu, maka akan bermanfaat baik buat kamu . 

●Keenam, wahai jiwaku, mungkin aja apa yg gak engkau capai itu merupakan rahmat agar engkau tetap dekat dgn pintu Nya. Selain itu, keberhasilanmu dikhawatirkan malah akan menjauhkanmu dari pintu harapan kpd Nya , dgn dalil bahwa misalnya kamu gak tertimpa musibah , mungkin engkau gak akan terlalu dekat dgn Nya. " 

Allah Maha tahu apa yg harus dilakukan Nya terhadap para hamba. Gak jarang, pas seorang hamba mendapat nikmat , ia malah sangat disibukkan dgn nikmat itu. Maka, di tengah2 nikmat itu datanglah cobaan yg membuat kamu kembali menuju pintu Nya dan memohon pertolongan kepada Nya . Itu adalah contoh sebuah nikmat yg dibungkus dgn musibah dan cobaan . 

Cobaan yg sebenarnya adalah cobaan yg ngingetin kamu untuk kembali kpd Allah ketika kamu terlalu sibuk dgn apa yg kamu alami . Di situlah kamu akan dapat keindahannya yg tiada tara.


📕Shoidul Khotir, halaman 66-68, Cet. DKI (darul kutub 'ilmiyah) 


لا تجزع إذا تأخرت إجابة الدعاء 
رأيت من البلاء أن المؤمن يدعو فلا يجاب ، فيكرر الدعاء وتطول المدة ، ولا يرى أثراً للإجابة ، فينبغي له أن يعلم أن هذا من البلاء الذي يحتاج إلى الصبر . 
وما يعرض للنفس من الوسواس في تأخير الجـواب مرض يحتاج إلى طب ، ولقد عرض لي من هذا الجنس . فإنه نزلت بي نازلة ، فدعوت ، فلم أر الإجابة ، فأخذ إبليس يجول في حلبات کیده . 
فتارة يقول : الكلام واسع والبخل معدوم ، فما فائدة تأخير الجواب ؟ فقلت له : إخسأ يا لعين ، فما أحتاج إلى تقاضي ، ولا أرضاك وكيلا . 
ثم عدت إلى نفسي فقلت : إياك ومساكنة وسوسته ، فإنه لو لم يكن في تأخير الإجابة إلا أن يبلوك المقدر في محاربة العدو لكفي في الحكمة . قالت : فسلني عن تأخير الإجابة في مثل هذه النازلة . 
فقلت : قد ثبت بالبرهان أن الله عز وجل مالك ، وللمالك التصرف بالمنع والعطاء ، فلا وجه للاعتراض عليه . 
والثاني : أنه قد ثبتت حكمته بالأدلة القاطعة ، فربما رأيت الشيء مصلحة والحكمة لا تقتضيه ، وقد يخفى وجه الحكمة فيما يفعله الطبيب ، من أشياء تؤذي في الظاهـر يقصـد بهـا المصلحة ، فلعل هذا من ذاك . 
والثالث : أنه قد يكون التأخير مصلحة ، والاستعجال مضرة ، وقد قال النبي ﷺ : « لا يزال العبد في خير ما لم يستعجل ، يقول دعوت فلم يستجب لي ». 
: أنه قد يكون امتناع الإجابة لأنة فيك فربما يكون في مأكولك شبهة ، أو قلبك 
الرابع : وقت الدعاء في غفلة ، أو تزاد عقوبتك في منع حاجتك لذنب ما صدقت في التوبة منه . 
فسئل عن تلك الحال فقال : « كان عنـدي منكر ، فمنعني الكلب ، فلمـا عـدت تبت من ذلك ، فكان ما رأيتم » . 
والخامس : أنه ينبغي أن يقع البحث عن مقصودك بهذا المطلوب ، فربما كان في حصوله زيادة إثم ، أو تأخير عن مرتبة خير ، فكان المنع أصلح . 
وقد روي عن بعض السلف أنه كان يسأل الله الغزو ، فهتف به هاتف : « إنك إن غزوت أسرت ، وإن أسرت تنصرت » . 
والسادس : أنه ربما كان فقد ما فقدته سبباً للوقوف على الباب واللجأ وحصـوله سببا للاشتغال به عن المسؤول . 
وهذا الظاهر بدليل أنه لولا هذه النازلة ما رأيناك على باب اللجا . فالحق عز وجل من الخلق اشتغالهم بالبر عنه ، فلذعهم في خلال النعم بعـوارض تدفعهم إلى بابه ، يستغيثون به ، فهذا من النعم في طي البلاء . 
وإنما البلاء المحض ، ما يشغلك عنه ، فأما ما يقيمك بين يديه ، ففيه جمالك.

📕Shoidul Khotir


●●●

💠Cara Mengetahui Kekurangan Diri - Al Jauzi

Cara Mengetahui Kekurangan Dan Kelemahan Diri Menurut Imam Ibnu Al Jauzi

Oleh : Adam Mostafa EL Prembuny


☆Referensi saya :

📕Thib al Ruhani 
👳‍♂️Imam Abul Faroj Ibnu al Jauzi



CARA MENGENALI KEKURANGAN DIRI SENDIRI

Diri kita ini adalah sesuatu yang sangat dicintai sampe kekurangannya pun gak akan keliatan jelas bagi org yg mencintainya. Di antara manusia ada yg kuat perhatian dan perlawanannya terhadap diri sendiri. 
Diri ditempatkannya pada posisi musuh yg harus dilawan sehingga kekurangannya menjadi nampak jelas.

lyas ibn Mu'awiyah pernah berkata:

"Manusia yg tidak mengenali kekurangan dirinya adalah manusia bodoh." 
Lalu Iyas ditanya seseorang : "Kekuranganmu sendiri apa?" 
Dia menjawab: "Banyak omong."

Iyas paham bahwa kekurangan yg ada pada dirinya adalah suka banyak ngomong. 
Jawaban model begini jarang ada, karna umumnya manusia akan selalu nyembunyiin kekurangan dirinya, tapi bukan berarti dia buta terhadap kekurangannya itu karena manusia yg berakal akan tahu setiap kekurangan yg dia lakukan. Kekurangan yg akan dibahas pengobatannya di sini adalah kekurangan yg bersifat batin atau samar.

Kekurangan yg bersifat batin gak beda kayak penyakit yg karna kesamarannya sulit diketahui oleh seorang dokter. Tapi dokter tetep ngasih resep obat walaupun penyakitnya itu gak menunjukan gejala2 nya. 
Kecintaan menusia terhadap dirinya sendiri akan menghalanginya dari kemampuan melihat kekurangannya yg samar sbg kekurangan yg nyata.

Sebagaimana seorang penyair berkata: "Mata kepuasan akan suram terhadap segala kekurangan, tapi mata kebencian akan awas terhadap setiap kekurangan." 
Sebab ada cerita tentang dua sahabat. Suatu hari, pas mereka akan berpisah, salah seorang bertanya kepada sahabatnya tersebut: 

"Coba bilang padaku, apa kekuranganku?" 
Sahabatnya menjawab: 
"Tanyain aja ke orang lain, karna aku selalu melihatmu dgn mata kesenangan." 
Ada tujuh cara untuk mengetahui kekurangan2 tersembunyi yg tidak terasa sbg kekurangan: 

1. Pertama, pilihlah seorang sahabat yg paling dewasa dan mengerti,  lalu minta sama dia utk jelasin tentang kekurangan2 dirimu, tapi kamu harus nunjukin sikap gembira dan bukan sedih, pas dengarin penjelasannya biar dia merasa nyantai dan terbuka dalam mengungkapkan kekurangan dirimu. 
Katakan padanya: "Bro kalo kamu nyembunyiin sesuatu dariku, brarti kamu juga penipu."

2. Kedua, kamu perhatiin apa yg dikatakan tetangga, saudara, dan semua orang yg berhubungan dgn mu tentang dirimu.

3. Ketiga, perhatiin apa yg dikatakan oleh musuhmu, karna musuh akan selalu memperhatikan kekuranganmu. 
Dari sisi ini seorang musuh dapat memberi manfaat yg tidak dapat diberikan seorang sahabat kepadamu. Hal itu karena musuh akan senantiasa mencari2 dan menyebut2 kekurangan, kalo sahabat biasanya selalu nutup-nutupi. Kalo manusia mengetahui kekurangan melalui musuhnya, dia pasti akan menjauhi kekurangannya itu.

4. Keempat, bayangin perbuatan2 mu terjadi pada orang lain. Maka lakukanlah apa yg dianggap baik dan tinggalkan apa yg dianggap buruk.

5. Kelima, memikirkan akibat dari kekuranganmu sehingga kamu bisa melihat akibat buruk dari suatu keburukan, serta akibat baik dari suatu kebaikan, karena berpikiran yg benar itu suatu kecerdikan.

6. Keenam, perlihatkan amal perbuatanmu kepada orang yg mengerti, tempatkan di atas ukuran syara', dan letakkan di atas timbangan2 keadilan, maka pasti kamu akan dapat melihat mana yg utama dan mana yg hina.

7. Ketujuh, lihatlah para pelaku amal sholih, lalu bandingin amal perbuatanmu dgn amal perbuatan mereka, maka kamu akan melihat bahwa bekas dari kekurangan adalah aib sehingga kamu akan menjauhinya.


📕Thib Al Ruhani lil Imam Ibnu al Jauzi, halaman 53-54, Cet. Maktabah Tsaqofatud Diniyah.


الباب الثالث والعشرون في تعريف الرجل عيوب نفسه 
اعلم أن النفس محبوبة وعيوب المحبوب قد تخفى على المحب ، وفى الناس من يقوى نظره وجهاده للنفس فينزلها منزلة العدو في المخالفة فيظهر له عيوبها . قال إياس بن معاوية « من لم يعرف عيب نفسه فهو أحمق » فقيل له فما عيبك قال « كثرة الكلام ، وهذا أمر نادر والعمل على الغالب ، فإن الغالب أن يخفى الإنسان عيوب نفسه ولسنا نريد لايعرف عيباً فإن العاقل إذا أتى عيباً عرفه ، وإنما غرضنا العيوب الباطنة ، فإنها كالأمراض الباطنة التي لايعلم بها الطبيب فيصف لها دواء ، ولا عليها إمارة ، ومحبة الإنسان لنفسه تمنعه أن يرى العيب الخفى عيباً كما قال أنه الشاعر :
وعين الرضا عن كل عيب كليلة ولكن عين السخط تبدى المساويا 
وقد روى أن رجلاً صحب رجلاً فلما أراد أن يفارقه قال له أخبرني عن عيوبى فقال سل غيرى فإنى كنت أراك بعين الرضا . 
فإن قيل فإذا كانت العيوب باطنة والإنسان لايراها عيوباً فكيف الطريق إلى تعرفها فالجواب إن لذلك سبع طرق : 
الطريق الأول : أن يتخير صديقاً من أعقل مخالطيه ويسأله إبانة
:
مايرى من قبيحة ويعرفه أن ذلك منة منه عليه ، فإذا أخبره ابتهج بما سمع منه ، ولم يظهر له الحزن على ذلك لئلا يقصر في شرح الأمور ، ويقول له متی کتمتنى شيئاً عددتك غاشاً
.
والطريق الثاني : أن يبحث عما يقوله فيه جيرانه وإخوانه ومعاملوه وبماذا يمدحونه أو يذمونه 
والطريق الثالث : أن يتطلع إلى مايقول فيه الأعداء ؛ فإن العدو
،
بحاث عن العيوب ، ومن هذا الوجه ينتفع الإنسان بعدوه ما لا ينتفع بصديقه لأن العدو يذكر النقص والصديق يستر الخلل ، فإذا عرف الإنسان من طريق عدوه نقصه اجتنبه 
والطريق الرابع : أن يصور أفعاله في غيره ثم يستعمل منها مايستحسن ويترك مايستقبح 
والطريق الخامس : أن يعمل فكره في عواقب خلاله وثمراتها فيرى عيب العيب وحسن الحسن ، فإن الفكر الصادق نافذ .
.
والطريق السادس : أن يعرض أعماله على محك الشرع ويريها نافذ العقل ويضعها في موازين العدل ، فإنه يرى الأرجح والأدون 
والطريق السابع : أن ينظر في سير العاملين ثم يقيس أفعاله بأفعالهم فيرى حينئذ أن آثار النقص عيب فيجتنبه فضلاً عن فعل القبيح

📕Thib al Ruhani


●●●

💠Makna Dan Nasehat Kemerdekaan

Makna dan Nasehat Kemerdekaan - Spesial HUT RI 

Oleh : Adam Mostafa EL Prembuny


☆Referensi saya :

📕'Idzhotun Nasyi `in
👳‍♂️Syaikh Musthofa al Ghulayini


Sesungguhnya setiap bangsa itu memiliki waktu kematian , dan kematian setiap umat ini adalah hari lenyapnya kemerdekaan umat atau bangsa itu sendiri . 
Kemerdekaan adalah karunia nya Allah , Tuhan Yang Maha Pencipta kpd makhluk Nya , yg diharapkan makhluk itu bisa memanfaatkan dgn baik untuk dirinya sendiri dan orang lain . 
Hurriyyah (kemerdekaan) dlm bahasa , berarti " pembebasan dari segala ikatan .Al Hurru ( orang yg merdeka) adalah lawan dari Al ' Abdu ( hamba/budak) , sebab dia bebas dari ikatan perbudakan . Al Hurru juga berarti "Pilihan" . Bisa berarti " baik " , jika digabung dgn kata "Ath Thin" atau "Ar Romlu" . Romlatun Hurrun artinya " Pasir yg bagus ditanami ". Ardhum Hurrun artinya "tanah yg bagus " . 

Dari penjelasan makna kata Al Hurriyyah tersebut , bisa dipahami bahwa kata Al Hurriyyah menunjukkan pengertian suci , bersih , bagus dan sesuatu yg murni sesuatu dari hal2 yg mengotori dan menodainya . 
Orang yg merdeka adalah orang yg murni pendidikannya , bersih jiwanya , berpegang teguh pada sifat2 terpuji , menjauhkan diri dari sifat2 tercela , melepaskan diri dari segala bentuk ikatan perbudakan dan melaksanakan kewajiban yg menjadi kewajibannya.

Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah bukan untuk jadi budak atau hambanya orang lain . Tidak untuk jadi bola yg bisa ditendang ke sana kemari semau gue , dijadiin permainan para penguasa , dipermainkan oleh nafsu jahat kaum bangsawan. Tetapi, manusia diciptakan oleh Allah agar dia bekerja dan beramal , baik secara individu atau bersama , sesuai hukum Allah yg berlaku , yakni kebebasan/kemerdekaan.

Anugerah Allah yg besar berupa kemerdekaan ini gak akan dicabut oleh Allah kecuali disebabkan oleh rusaknya jiwa dan mental mereka yg dibuat oleh orang2 yg dzolim . Mereka yg dzolim itu gak akan mbiarin org2 yg dijajah bisa mencurahkan hatinya dgn ilmu pengetahuan . Soalnya mereka tau, bahwa ilmu pengetahuan yg benar itu justru akan menunjukkan kpd mereka utk mengetahui hak2 yg mereka punya.

Ilmu yg benar itu ibarat percikan api yg mengobarkan cita2 utk membebaskan diri dlm jiwa mereka dan membuat orang yg berakal menjadi peka pas mereka diperalat oleh kekuasaan yg bertindak sewenang2. 
Sayidina Umar bin Khotob bertanya kpd 'Amr bin Ash (gubernur Mesir) , ketika anaknya 'Amr berani mukulin seorang warga Mesir.

متى استعبدتم الناس وقد ولدتهم أمهاتهم أحرارا 

"Sejak kapan engkau memperbudak orang2 yg dilahirkan oleh ibu-ibu mereka dlm keadaan bebas? 
Ingat , seseorang itu belum bisa dianggap merdeka , kecuali kalo :

1.  Jiwanya udah mendapatkan pendidikan yg sempurna,
2. Tumbuh dlm hatinya tekad yg keras , memiliki ilmu yg ngga sedikit lalu berani membebaskan diri dari cengkeraman orang yg menguasainya dgn kekuatan dan kesungguhan . 
Buat siapapun yg belum bisa seperti itu , maka orang itu belom bisa dikatakan sbg orang yg merdeka, soalnya antara dia dan kebebasan masih terhalang oleh hamparan hutan lebat yg sangat mengerikan. 


Gak bisa disebut orang merdeka yakni : 

1. Orang yg menjadikan kemerdekaan sebagai kesempatan melakukan perbuatan yang hina,
2. Jalan menuju kerusakan , atau menjadikannya pedang untuk melenyapkan sikap menahan diri.
3. Menggunakannya sbg tombak untuk menusuk sifat2 keutamaan atau memanfaatkannya sbg anak panah untuk merusak kehormatan orang . 
Bukanlah kemerdekaan , jika perbuatan seseorang bisa bikin bahaya utk dirinya sendiri dan orang lain , misalnya menghamburkan harta , melecehkan sifat kemanusiaan, melakukan perbuatan mungkar , melakukan pengerusakan tatanan masyarakat dgn perbuatan2 yg nyakitin hati orang lain, ngadu domba , ngomongin org, bermusuhan dan perbuatan buruk lainnya yg gak sesuai dgn akhlak mulia.

Sebenarnya , banyak orang yg ngaku sbg orang merdeka , tapi masih memakai pakaian budak , dia menjadi tawanan nafsunya , budak pemimpin atau penguasa , dan budak hawa nafsu amarah , yg mendorongnya berbuat kerusakan , selalu melakukannya. Jika nafsu amarah itu mempengaruhinya agar gemar memfitnah dan mengancam orang lain , maka dgn cepat itu akan terpenuhi perbuatannya.

Tapi kalo akal sehatnya mendorongnya untuk mengerjakan hal2 yg dapat menghidupkan nya , dan orang yg tajam pikirannya menganjurkan agar melakukan sesuatu yg dapat mengangkat derajatnya serta kalo para pahlawan mengajaknya agar bangkit bersama rakyat dan mendukungnya . 
Maka, dia pasti akan berpura2 gak ndengerin seruan itu , atau bahkan dia malah ambil sikap bermusuhan dgn orang yg menyerukan hal baik tersebut . Kemudian dia mengklaim dirinya sbg orang yg merdeka .

Kemanusiaan dan kebebasan gak lain adalah dua faktor utama , kemakmuran dan dua unsur pokok kehidupan masyarakat yg harmonis . Bangsa mana pun yg ingin mencapai puncak peradaban yg tinggi dan kemakmuran yg merata , maka harus bekerja keras mendidik setiap warganya utk memahami arti kebebasan dan kemerdekaan yg sebenarnya , harus mengajarkan kpd putra putrinya dgn nilai2 luhur bangsa yg bersih dan murni.

Wahai generasi muda , bangkitkan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan yg sejati , yg bebas dari campur tangan orang2 munafik dan para pengkhianat , karena kemerdekaan yg murni itulah jalan satu-satunya utk mencapai kejayaan . Kemerdekaan yg sejati adalah jalan menuju kehidupan yg bahagia .


📕'Idzhotun Nasyi `in, halaman 83 - 86, Cet. Darul Mi'roj.


○ 

الحرية 
إن للأمم آجالا . وأجل كل أمة يوم تفقد حريتها . الخزية هبة من الخالق للمخلـوق ، يصرفها فيما يعود على نفسه وعلى غيره بالسعادة والخيرة . وتدل في اللغة على معنى الخلـوص ؛ فالخر خلاف العبد ، لخلوصه من الزق . وخز كل شيء خياره . والخر من الطين والزمل هو الطيب منهما . وزملـة خرة ، أي صالحـة للإنبات . وخز كل أرض أطيبها . 
فأنت تـرى أن هذه المادة تدل على الظهـارة والجودة وخلوص الشيء مما يكدر صفاءة وجودته . 
والخرُ ـ بالمعنى المدني الصحيح ـ من كان خالص التربية ، نقي النفس ، متمسكا بالفضائل ، نافرًا من الرذائل ، كاسرا عنه قيود العبودية ، عاملا بما يطلبه منه الواجب . 
الآجال : جمع أجل ، وهو مدة الشيء ووقته الذي يحل فيه وينتهي إليه . الجودة بضم الجيم : الصلاح .
○ 
إن الانسـان لم يخلق ليكون عبد غيـره ، ولا ليكون كرة تتقاذفهـا الأهواء ، وتعمـل على تحريكها أيـدي الزعماء  ، وتصرفها حسب رغائبها نفوس الكبراء ؛ بل خلق ليعمل منفردا ومجتمعا بمقتضى الشئة الإلهية العامة ، وهي الحرية . ولم تُسلب هذه النعمة الربانية الكبرى من كثير من الناس إلا بسبب ما أفشـده الظالمون من نفوسـهم ؛ فلم يدعوا إلى تنوير أذهانهم بالعلم سبيلا ؛ لأن الظالميـن يعلمون يقينـا أن العلم الصحيح يهدي إلى معرفة الحقوق ؛ فهو الشرارة التي توقد في النفوس الهمم ؛ وتربأ بالعاقل أن يكون آلة تديرها المحركات الاستبدادية . 
وقد قال عمر بن الخطاب لعمرو بن العاص ، يوم ضرب ولده القبطي : « متى استعبدتم الناس ، وقد ولدتهم أمهاتهم أحرارا ! » . ألا إن الخر لا يكون خرا إلا إذا تهذبت نفسـه ، ونمت فيها ملكة الإرادة ، وحظي من العلم الصحيح بحظ غير قليل ؛ ثم أقدم على تحرير نفسه من ربق من يملكها بالقوة والجبروت . فمن 

لم يكن كذلك فقد شسعت بينه وبين الحرية المساوف ؛ وكان بينهما مفاوز جمة المخاوف  . 
ليس بالخر من اتخذ الحرية عنوانا للرذائل ، وطريقا للمفاسد ، وسيفا يجتاب به أردية العفة ، ورمخا يطعن به الفضيلة ، وسهما يمزق أعراض الناس . 
وليس من الحرية أن يفعل الإنسـان ما يضر به وبغيره : من إسراف في الأموال ، وإضاعة للإنسانية ، وإباحـة للمنكرات ، وسعي في إفساد الهيئة الاجتماعية ، بما يأتيه من ضروب الإيذاء والنّميمة والغيبة والعدوان ، وغير ذلك من نقائص الأخلاق . 
إن كثيرا من النـاس يدعي الحرية ، وقد لبـس لبوس العبودية . فهو أسير لشهواته ، عبد لزعمائه وأمرائه ، مملوك لنفسه الأمارة ؛ تدفعـه إلى الموبقات فيجيب ؛ وتخفزة إلى الشـعاية بغيره والضرر به ، فيهـرع إلى تلبيتها . وإن دعاة داعي العقل 
○ 
إلى ما يحييه ، وأهات به حـادي الوجدان إلى ما يعليه ، وناداه منادي الشهامة إلى ما ينهض بشعبه ويقويه ، تصام عن النداء ، أو سلك طريق المراء  . ثم هو بعد ذلك يدعي أنه إنسان خر . وما الإنسانية والحرية إلا عاملان للعمران ، وركنان للاجتماع . أية أمة أرادت أن تكون في ذروة من الحضارة سـامية ، ومكانة من السعادة عالية ، فعليها أن تربي أفرادها على الحرية الصحيحة ، وتغذي أبناءها بدرها  . الظهور الخالص . 
فانهضوا ، أيها الناشئون ، إلى الحرية الخالصة ، الخالية من شوائب المدلسين  ؛ فإنها سبيل النجاح ؛ وهي الحياة الشعيدة . 

📕'Idzhotun Nasyi `in 


●●●

💠Mengapa Perlu Mengucapkan Insyallah?

Kenapa Kita Diharuskan Mengucapkan Insyallah? Bagaimana Hukumnya?

Oleh : Adam Mostafa EL Prembuny


☆Referensi saya :

📕Anta Tas`alu Wal Islamu Yujibu
👳‍♂️Syaikh Mutawalli asy Sya'rowi💠 



"Soal : Kenapa orang-orang mengucapkan Insyallah? Apa maksud sebenarnya dari kata tersebut?

Jawab : Segala sesuatu yg menyangkut " nanti atau besok " , masuk dlm pengertian "Akan datang/future" . Selama menyangkut yg "Akan datang" , manusia gak bisa mastiin kecuali jika dikehendaki oleh Allah.

Firman Allah,
"Dan jangan sekali - kali kamu mengatakan tentang sesuatu , ' Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi , kecuali (dgn menyebut) Insya Allah." 
📚Al Kahfi : 23-24.

Sesuatu yg berhubungan dgn hal yg akan datang, terdiri dari lima Unsur :

Pertama : pelaku (subjek) . 
Kedua : yang diperlakukan (objek) . 
Ketiga : waktu dan tempat kejadian . 
Keempat : sebab musabab (asal-usul).
Kelima : kekuatan dan kemampuan yg diperlukan untuk melaksanakan nya. 
Kalo ada orang bilang , "Besok saya akan pergi ke tempat A, jam sekian, untuk membicarakan masalah B." 
Orang itu gak punya jaminan kalau dia bakal tetep hidup sampe besok . Begitu juga yg akan ditemuinya. Kalo dia besoknya bisa pergi , mungkin waktunya gak tepat , atau tempatnya berubah atau mungkin besoknya orang itu berhalangan ntah secara fisik atau mental ,atau juga berubah niat untuk melaksanakannya.

Jadi manusia gak berkuasa dlm menentukan kelima unsur itu. Semuanya dikembalikan kpd Sang Pengaturnya , yaitu Allah Yang Mahakuasa . Manusia harus menurut perintah - Nya , dgn mengucapkan kata "Insya Allah (apabila Allah menghendaki )" . Sebab bila Dia tidak menghendaki , pasti rencana itu gagal ."


📕Anta Tas`alu wal Islamu Yujibu, halaman 131-132, Cet. Darul Quds.

س : تتردد كلمة ( إن شاء الله ) على ألسنة الناس اتباعاً للقرآن دون أن يفقهوها فقهـا يجعلها عبـادة ذات نتيجـة حاسمة تعـمر القلب بالإيمان . . فما هو فقه هذه الكلمة ؟ 
جـ : الأمر بهذه الكلمة جاء في قوله تعالى : ﴿ولا تقولن لشيء إني فاعل ذلك غدا * إلا أن يشاء الله فالكلام على الغد ، وما دام غدا فهو مستقبل ، وما دام الحديث عن المستقبل فأنت محجوز عنه بحاجز زمان المستقبل : فلا تستطيع أن تحكم به ، ولا تقول أنا أفعل ذلك غدا إلا أن قلت مع ذلك : ( إلا أن يشاء الله . لماذا ؟ لأن الحادث بالنسبة لنا يحتاج إلى عناصر . 
العنصـر الأول : الفاعل . العنصر الثاني : المفعول . العنصر الثالث : زمان ومكان الحديث ، العنصر الرابع : السبب ، العنصر الخامس : القوة اللازمة لتنفيذ هذه الاشـيـاء هذه عنـاصـر الحـدث عندنا ، هذه هي العناصر . . فإذا قلت : أنا أذهب غدا إلى فلان لأكلمه في كذا . فأي نصر من هذه العناصر يملكه الإنسان ؟ 
أذن لا يوجد حدث الا بفاعل ومفعول يقع عليه الحدث وزمان يحصل فيه الحدث . 
إنه لا يملك نفسه فاعلا أن يظل إلى غد ، ولا يملك المفعول الذي يقابله غدا أن يصل إلى غد ، ولا يمكن أن يتصرف في الزمان والمكان أو يظل إلى غد ، وهب أن السبـب موجـود مع كل هذه الأسبـاب موجود : الفاعل والمفعول والزمن والمكان وكل شيء ، هل أضمن اللقاء ؟ 
إذن فأنا لا أملك عنصر من عناصر الحدث ، ولذلك وجب أن أردها إلى من يملكها ، فأقول : أنا أفعل غدا كذا إن شاء الله . 

📕Anta Tas`alu Wal Islamu Yujibu 


Para ulama membawa larangan dalam surat Al Kahfi ayat 23 tersebut kepada hukum Makruh. Maka dianjurkan mengucapkan "Insyaallah", tidak sampe Wajib.

▪︎ Imam Ibnu Muflih al Hanbali mengatakan:

وتعليق الخبر فيها بمشيئة الله مستحب 
“Memberikan tambahan kata ‘insyaallah’ dalam memberikan kabar, hukumnya mustahab (dianjurkan)”. 

📕Adab asy Syar’iyyah, juz 1 halaman 33. 


▪︎ Imam An Nawawi mengatakan:

يستحب للإنسان إذا قال سأفعل كذا أن يقول: إن شاء الله تعالى على جهة التبرك والامتثال 

“Dianjurkan bagi seseorang ketika mengucapkan: saya akan lakukan ini dan itu, untuk menambahkan kata ‘insyaallah taala’. Dalam rangka untuk tabaruk dan menaati perintah Allah”.

📕Al Minhaj Syarah Shahih Muslim, juz 11 halaman 118.


▪︎ Al Habib al 'Allamah Muhammad Quraish Shihab mengatakan, pada hakikatnya ucapan "Insya Allah" bukan berarti baru akan mengusahakan jika Allah SWT menghendaki. Namun, "Insya Allah" diucapkan setelah menanamkan dlm diri untuk bertekad melakukannya atau mewujudkannya, tapi tetap sadar bahwa keberhasilan upaya tersebut tergantung pada kehendak Allah SWT.

"Jadi, kalau istilahnya ulama-ulama itu "li tabarruk" untuk mendapat keberkahan saja. Bukan menjadikan syarat untuk melakukan kegiatan," ucap Pendiri Pusat Studi Al Qur'an tersebut seperti dikutip dari Shihab & Shihab Edisi Ramadhan.

Beliau menjelaskan, kata "Insyallah" tidak boleh diucapkan dgn maksud menggantungkan kegiatan itu kpd Allah tanpa melakukan usaha apapun alias gak ngapa-ngapain.

Lebih lanjut beliau berpesan agar sering mengucapkan la hawla wa la quwwata illa billah (tidak ada kekuasaan, kemampuan untuk mewujudkan sesuatu atau menghindar dari sesuatu, kecuali dgn Allah).

○○○

💠Menerima Atau Menolak Hadiah Dari Penguasa?

Haruskah Kita Menerima Atau Menolak Hadiah Dari Penguasa? 

Oleh : Adam Mostafa EL Prembuny


📕Idhohul Asror 'Ulumil Muqorrobin
👳‍♂️Imam al Habib Muhammad bin Abdullah al 'Aydrus



Menolak atau Menerima Pemberian dari Penguasa?

~Di jaman ini ada beberapa orang terpandang (secara agama) yg menolak suatu pemberian penguasa.
Sikap ini sebenarnya muncul dari pemikiran yg lemah , ilmu yg dangkal dan jiwa yg buruk.

Mereka berbuat begitu demi menjaga kehormatan dan demi memperolehi pujian dari masyarakat awam . Mereka berpendapat bahwa hadiah pemberian penguasa itu akan membuat mereka hina dan dgn menolaknya maka akan membuat mereka jadi mulia . 
Hawa udah bikin nafsunya menyukai kemulian. Manusia mengira bahwa dgn menolak pemberian penguasa tersebut, ia telah bersikap Zuhud , padahal enggak samasekali. 

~Dugaan orang2 ini makin kuat setelah mereka mengetahui org2 awam yg meyakini bahwa dengan menolak pemberian adalah sikap mulia. Sikap inilah salah! Orang yg berakal tidak sepantasnya mengamalkan urusan agamanya dgn cara begitu . Ini adalah sikap orang2 yg sangat bodoh karna kebanyakan org2 awam suka sama kebatilan. Nabi ﷺ melarang Sayidina Umar untuk menolak sebuah pemberian.

~Menolak pemberian (yg padahal bisa ngasih manfaat di sisi Allah) demi mempertahankan harga diri dan mengharapkan pujian orang2 awam 》itu bukanlah sikap orang2 mulia.

Kaum 'Arifin lebih mengutamakan keridhoan Allah , gak peduli perbuatanya itu bakal meninggikan atau merendahkan harga diri mereka di mata masyarakat  atau engga. Sebab , dlm pandangan mereka, yg terpenting adalah menjaga pandangan Allah.

~Misalnya , jika ada seorang Sultan ngasih hadiah kpd seseorang dgn tujuan agar Sang Sultan tersebut terkenal dan namanya disebut2 masyarakat , maka orang yg menerima hadiah tersebut tetep lebih utama mengambilnya . Ia bisa make hadiah itu untuk memenuhi keperluannya jika memang dia bener2 butuh. Kalo dia gak butuh, ia bisa memberikannya kpd kaum fakir miskin . Kalo ada yg bilang :

“Kadang seseorang menolak hadiah karna hawatir harta itu haram , sebab sebagian besar hartanya Sultan (penguasa) itu haram” . 
~Menurut pandanganku (Al Habib Muhammad bin Abdullah al Aydrus) , harta Seorang Sultan/Penguasa yg haram jelas gak bisa diketahui (mungkin karna dah nyampur sama yg halal), dan gak mungkin dapat dikembalikan kpd pemiliknya yg haq, jadi wajib diberikan kpd orang2 yg benar2 memerlukan , yaitu kaum Fakir Miskin . Dan gak sepantasnya hadiah itu dihilangkan atau dibuang ke laut . Jadi gak ada cara lain kecuali nerima hadiah tersebut.

~Imam Hasan al Bashri adalah seorang yg benar2 bertaqwa , alim dan memiliki kedudukan tinggi , meskipun demikian beliau mau menerima hadiah dari Hajjaj bin Yusuf At Tsaqofi (Gubernur Irak). Diriwayatkan juga bahwa sayidina Abdullah ibnu Umar mau menerima hadiah dari seorang Raja . 
Beliau berkata , " Aku gak meminta sesuatu dari manusia , tetapi aku gak akan nolak rezki yg Allah berikan ".

~Kalo ada orang yg berkata : "Kaum Sholihin pada masa generasi salaf, mereka menolak menerima hadiah yg diberkan Sultan". 
Maka menurutku , mereka menolak karna tempat dan keadaan yg mengharuskan berbuat demikian dan mereka mau menerimanya juga karna tempat dan keadaan yg membuat mereka harus menerimanya.

~Imam Syafi'i pernah menolak hadiah dari Sultan Harun ar Rosyid , karna hadiah tersebut diberikan pada saat yg gak tepat . Jadi waktu itu Imam Syafi'i menasihati Sultan Harun ar Rasyid sampe hatinya Sultan menjadi luluh, dan suasana majelis Sultan sangat khusyu serta banyak membahas urusan akhirat.

Tetapi di luar majelis , Imam Syafi'i mau nerima hadiah dari Sultan Harun ar Rasyid karna tempatnya baik dan keadaannya tepat . Peristiwa2 itu terjadi dlm keadaan yg berbeda . Dulu kaum sholihin menolak hadiah Sultan kerana kehidupan zaman itu mudah dan rezeki melimpah . Tapi di jaman kita ini , masyarakat mengalami kesempitan hidup.

~Zaman kita jauh beda dgn zaman orang2 Salaf dulu . Sekiranya orang2 dulu yg menolak menerima pemberian itu dan membagikannya kpd kaum fakir miskin dan orang2 yg mengalami kesulitan hidup itu karna keadaan dan waktu gak berpihak ke mereka . Sesungguhnya gak ada amalan yg lebih utama daripada usaha untuk memperhatikan kaum fakir miskin dan membahagiakan anak2 mereka.

~Hati2 juga , jangan sampe kamu tertipu oleh Syaithonirrojim sehingga kamu gak bisa melihat kebenaran . Jangan kamu nolak pemberian org lain biar kamu dipandang mulia oleh masyarakat. Sebab nolak pemberian akan menyebabkan dirimu merasa sombong dan tinggi. Dan perbuatan itu sama sekali gak ada manfaatnya di sisi Allah.

~Mana yg lebih kamu suka, dapet kedudukan yg mulia di sisi Allah atau hadi mulia di pandangan kaum awam? 
Manakah yg lebih utama bagi orang yg berakal dan berpandangan jernih , menolak? atau menerima hadiah lalu untuk dibagikan utk fakir miskin? Hanya orang yg berakal tentu yakin , bahwa membagikan pemberian tersebut kpd orang2 yg memerlukan dan tidak berharta adalah LEBIH UTAMA . 


📕Idhohul Asror 'Ulumil Muqorrobin, halaman 74-76, Cet. Darul Hawi.


فينبغي له أن يخفض من نفسه ، وأن يعامل الله تعالى بكسر شيء من وجاهته ، فيساعد الناس على ضروراتهم ومصالحهم ، فيشفع للمنكسرين ، ويكون وصلة للفقراء إلى الأغنياء ، وإن ذهب شيء من وجاهته عوضه الله تعالى بما هو خير له ، ومما نحن فيه أن قوماً ينسبون إلى الصلاح ، وتحسن ظنون الناس فيهم يردون الفتوح التي يتواصلون بها ، وهذا منهم ضعف رأي وقلة علم ، وسوء دخيلة حفظاً للناموس ، ومراعاة لمدح العوام ، لأن في الأخذ كشراً ، وفي الامتناع منه ترفعاً وتعززاً . والهـوى يخلب النفس ويغلظها ، فلميل النفس إلى الترفع ، يتوهم الإنسان أن امتناعه من الأخذ زهداً ، وليس كذلك ! ويقوي هذا الوهم على هذه الطائفة استحسان العوام للامتناع من الأخذ ، وذلك غلط لا ينبغي للعاقل أن يبني عليه أمر دينه .. فهو من حماقات الجهال ، لأن العوام أكثر ميلهم مع الباطل . . ونهي النبي ﷺ لعمر - رضي الله عنه حين أعطاه فرد ، معلوم . فقال له : « یا عمر ! إذا آتاك الله شيئاً من هذا المال من غير مسألة فخذه ، فإن كنت محتاجاً إليه فتموله ، وإن لم تكن محتاجاً إليه فاصرفه إلى غيرك » ! وليس من شيم الأخيار ترك ما ينفع عند مولاهم حفظاً للناموس ، ومراعاة لمدح العوام ، لأن شأن العارفين إيثار مرضاته تعالى سواء كان في ذلك إعزاز لجانبهم ، أو كسرهم وهـوانـهـم في أعين الناس ، لأنهم يرون الأهم مراعاة جانب المولى تعالى ، فالسلاطين مثلا إذا أعطوا أحداً شيئاً للشهرة والذكر بين الناس ، فالأولى أخذه ، لأنه إن كان محتاجاً إليه 

٧٤ 

فليصرفه في ضروراته ، وإن كان غنياً عنه فليصرفه إلى الفقراء والمساكين ، فإنهم مستحقون دون غيرهم . فإن قال قائل : قد يكون رده من جهة خوف حرمته ، فإن أموال السلاطين الغالب عليها الحرمة . قلنا : هذه الأموال الحرام التي في أيدي السلاطين مجهولة ، ولا يمكن ردها إلى أربابها ؛ فيجب صرفها إلى أرباب الضرورات من الفقراء والمساكين .. إذ لا سبيل إلى غير ذلك ، ولا ينبغي إتلافها ورميها في البحار ، فهذا الرجل الصالح إذا حصل بيده شيء من أموال السلاطين ، فإن كان من الحرام الذي تقدم ذكره ، فينبغي لهذا الصالح أن لا يفوته ؛ بل يقبله ويصرفه إلى أربابه من هؤلاء المستضعفين الهلكي ، الذين يتعذر عليهم القوت ، إذ من المعلوم أنه إذا ردّ هذا المال فإنه يذهب على هؤلاء الضعفاء الذين هم مستحقوه . وقد كان الحسن البصري - رحمة الله عليه ـ مع رسوخ قدميه ، وجلالة قدره يقبل صلة الحجاج ، وعلم الحسن معلوم ، وقد روي عن ابن عمر - رضي الله عنهما ـ أنه كان يقبل صلة السلطان ويقول : لا أسأل أحد شيئاً ، ولا أرد ما رزقني الله ! فإن قال قائل : فالأولون قد ردوا صلات السلاطين .. قلنا : ردوا في موضع الرد ، وأخذوا في موضع الأخذا فإن الشافعي - رحمة الله عليه ـ رد صلة الرشيد حيث كان المجلس غير لائق بالأخذ ، فإن الشافعي وعظ الرشيد فلان قلب الرشيد ورق ، وكان الغالب على المجلس أمر الآخرة خشوعاً ورقة ، فما كان الأخذ لائقاً ، وقد قبل الشافعي من الرشيد في غير ذلك المجلس .. حيث كان الأخذ لائقاً . 

٧٥ 

... 

فإن الأحوال تختلف ، وأيضاً فإن ذلك الرد كان في أزمان الرخاء ، وسعة الأرزاق .. إذ كان في الناس رمق ، ولم تكن أزمان الأولين كأزماننا هذه في ضيق الأرزاق وقلة الفوائد ، ولو كان الأولون الذين ردوا صلات السلاطين في أزماننا هذه لأخذوا الأموال ، وتفقدوا بها ضرورات هؤلاء المستضعفين اليوم ، الذين قد أضرت بهم الأحوال ، ومالت عليهم الأزمان ، فلا شيء أفضل من النظر في أحوال هذه الخليقة المقهورة ، وتفريح صغارهم ، فاحذر أيها الأخ أن يلبس عليك الشيطان ، فيخفى عليك وجه الصواب ، أو تقصد قصداً سيئاً فتراعي جانب المخلوقين إيثاراً لحسن اعتقادهم فيك ، ليقال إن فلاناً ردّ جائزة السلطان ؛ لأن الرد والامتناع من الأخذ يكسب النفس تجبراً وعلواً لا حاصل له عند الله تعالى ، إذ المعول عليه عند العارفين أصحاب الصدق والتحقيق ما ينفع عند المولى تعالى ، وإن جر ذلك عليهم طعناً في جانبهم ، وكشراً لوجاهتهم ، وكذا العادة فيما خلص من أعمال البر أن يكسر أربابها وتوحشهم في نظر العوام ، ولكنها ترفعهم عند الله تعالى ! فأيما أحب إلى العبد أن يرفع عند الله جلت عظمته أو في نظر العوام ؟ فليت شعري إذا فتح للعبد مائة دينار ، فألهمه الله أن افتقد بها مائة بيت من هؤلاء المساكين المحرومين ، فشرهم ووسع عليهم ، وفرح صغارهم . فأيما أفضل وأولى عند العقلاء ذوي النظر الصحيح ردها والامتناع من قبولها أو صرفها إلى هؤلاء المساكين ؟ لا يشك عاقل أن صرفها إلى هؤلاء المحاويج المحرومين أولى 

٧٦ 

📕Idhohul Asror 'Ulumil Muqorrobin, halaman 74 - 76.

●●●

👋 Panduan Membaca

💠Penjelasan Tema Artikel

                   Tema  & Bahasan   • Aqidah & Filsafat Memuat tulisan-tulisan pembahasan tentang Ilmu kalam, teologi, Ilmu mantiq...