Apakah Sebagian Anggota Tubuh Yang Terputus dan Terpisah dari Tubuh, Perlu Disholatkan?
Oleh : Adam Mostafa EL Prembuny☆Referensi saya :
👳♂️Imam an Nawawi
📕Hasyiyah Bujairimi Alal Khotib
👳♂️Syaikh Sulaiman al Bujairimi
Kuku, rambut, dan gigi masuk kategori organ-organ yang Munfasil (maksudnya akan tumbuh dan terpisah dari tubuh sebab tidak dialiri darah dan syaraf).
Kalo organ yang lainnya seperti tangan, ruas jari, telinga, kaki dan semisalnya, maka masuk dalam organ-organ yang Muttasil alias tersambung dengan tubuh.
Kalau demikian, lalu timbul pertanyaan, untuk sebagian anggota badan/organ tubuh yang Muttasil yang ketika terpisah atau terpotong dari tubuh apakah harus dimandikan dan disholati sebelum dikuburkan?
■ Imam An Nawawi dalam kitabnya, beliau menjelaskan :
واتفقت نصوص الشافعي رحمه الله والأصحاب على أنه إذا وجد بعض من تيقنا موته غسل وصلي عليه , وبه قال أحمد , وقال أبو حنيفة رحمه الله : لا يصلى عليه إلا إذا وجد أكثر من نصفه , وعندنا لا فرق بين القليل والكثير , قال أصحابنا رحمهم الله : وإنما نصلي عليه إذا تيقنا موته .
"Nash-nash Imam Asy Syafi'i dan para ulama madzhab kami menyebutkan, jika ditemukan ada sebagian anggota tubuh dari orang yang diyakini sudah meninggal, maka bagian tubuh tersebut harus dimandikan kemudian disholatin, pendapat ini juga disampaikan Imam Ahmad. Imam Abu Hanifah berpendapat, gak boleh disholatin, kecuali kalo ditemukannya lebih dari separuh bagian tubuh (baru boleh disholati).
Menurut pendapat kami, mau sedikit kek mau banyak kek, itu gak ada bedanya. Para ulama kami (madzhab Syafi'i) menyatakan, kami hanya mensholati bagian tubuh jika kami udah yakin kalo orgnya udah meninggal.
فأما إذا قطع عضو من حي , كيد سارق , وجان وغير ذلك فلا يصلى عليه , وكذا لو شككنا في العضو هل هو منفصل من حي أو ميت ؟ لم نصل عليه ، هذا هو المذهب الصحيح ، وبه قطع الأصحاب في كل الطرق إلا صاحب الحاوي ومن أخذ عنه ، فإنه ذكر في العضو المقطوع من الحي وجهين : في وجوب غسله والصلاة عليه : ( أحدهما ) : يغسل ويصلى عليه كعضو الميت ( وأصحهما ) : لا يغسل ولا يصلى عليه ، ونقل المتولي رحمه الله الاتفاق على أنه لا يغسل ولا يصلى عليه ، فقال : لا خلاف أن اليد المقطوعة في السرقة والقصاص لا تغسل ولا يصلى عليها ، ولكن تلف في خرقة وتدفن ، وكذا الأظفار المقلومة والشعر المأخوذ من الأحياء لا يصلى على شيء منها ، لكن يستحب دفنها ، قال : وكذا إذا شككنا في موت صاحب العضو فلا يغسل ولا يصلى عليه ، وهذا الذي سبق في الصلاة على بعض الذي تيقنا موته هو في العضو
Sementara bagian tubuh yang terpotong dari orang yang masih hidup, seperti tangan pencuri, perampok (karna kena hukum Qisos) dan sebab lainnya (Misal: kecelakaan/amputasi), maka bagian tubuh tersebut gak perlu disholatin. Seperti itu juga kalo kita ragu nih, apakah bagian tubuh yang ditemukan berasal dari orang yang masih hidup apa udah mati, Imam Asy Syafi'i sendiri ngga memiliki penjelasan tentang masalah ini. Ini adalah madzhab yang shohih.
Pendapat ini dipastikan para ulama madzhab kami di semua jalur riwayat, kecuali penulis kitab Al Hawi (Imam al Mawardi) dan fuqoho lain yang bersandar pada kitab ini, sebab disebutkan adanya dua pendapat terkait wajibnya memandikan dan mensholatkan bagian tubuh terpotong dari orang yg masih hidup;
◇Pendapat Pertama adalah : Dimandikan dan disholatin, sama kayak bagian tubuh orang yang udah meninggal.
◇Pendapat Kedua dan yang paling shohih adalah : Tidak perlu dimandikan dan tidak perlu disholatin. Imam Mutawalli menukil ijma bahwa bagian tubuh tersebut gak boleh dimandikan dan gak boleh disholatin. Gak ada perbedaan pendapat diantara ulama bahwa tangan tangan yang dihukum potong karna kasus pencurian itu gak perlu dimandikan apalagi disholatkan, cukup dibungkus dengan kain lalu dikubur aja.
Dan sprti potongan kuku, rambut dan bulu yang diambil dari orang yang masih hidup juga tidak boleh disholati, hanya dianjurkan untuk dikubur aja.
Seperti itu juga kalo kita masih ragu nih dengan si pemilik potongan tubuh yang ditemukan, apakah dia masih hidup apa udah mati maka, bagian tubuh tersebut gak perlu dimandikan dan gak perlu disholati.
Ketentuan ini berlaku untuk bagian tubuh milik orang yg dipastikan sudah meninggal duluan (sudah dikubur).
قال أصحابنا رحمهم الله : والدفن لا يختص بعضو من علم موته ، بل كل ما ينفصل من الحي من عضو وشعر وظفر وغيرهما من الأجزاء ، يستحب دفنه وكذلك توارى العلقة والمضغة تلقيهما المرأة ، وكذا يوارى دم الفصد والحجامة....
Penguburan nggak dikhususkan untuk bagian/organ tubuh dari orang yang udah diketahui kematiannya, tapi juga dari orang yang masih hidup, seperti : Satu bagian tubuh tertentu, rambut, kuku atau lainnya maka dianjurkan untuk dikuburkan saja. Dalam hal ini termasuk juga ‘alaqoh (segumpal darah) atau mudhghoh (segumpal daging) yang keluar dari rahim Bumil (yg keguguran) atau darah yg keluar karena adanya pendarahan dari tubuh manusia, hendaklah dikuburkan, ... dst”
📕Majmu’ Syarh al Muhadzab, juz 5 halaman 212-213, Cet. Maktabah Al Irsyad.
■ Sama seperti penjelasan Imam Nawawi terkait jika si pemilik organ udah meninggal, dalam kitab Hasyiyah Bujairimi karya Syaikh Sulaiman al Bujairimi, disebutkan bahwa untuk anggota tubuh yang terpotong dan kemudian setelah itu orangnya meninggoy, maka cara mengurusnya sama seperti mengurus mayat pada umumnya.
Tapi jika orangnya masih hidup, cara mengurusnya cukup dibersihkan, dikafani/dibungkus kain, kemudian dikubur dan tidak disyariatkan untuk disholati.
ولو وجد جزء ميت مسلم غير شهيد صلى عليه بعد غسله و ستره بخرقة و دفن كالميت الحاضر, وإن ... كان الجزء ظفرا أو شعرا لكن لا يصلى على الشعرة الواحدة
قوله :(و لو وجد جزء ميت) اى تحقق انفصاله منه حال موته او فى حياته و مات عقبه فخرج المنفصل من حي و لم يمت عقبه اشا وجد بعد موته فلا يصلى عليه، و يسن مواراته بخرقة ودفنه .انتهى م د. .
"Jika ditemukan bagian organ tubuh dari jenazah orang muslim (selain mati Syahid) maka wajib disholati setelah dimandikan dan dibungkus dengan kain, dan kmudian dikuburkan layaknya jenazah yang ada, meskipun bagian tersebut hanyalah kuku atau rambut, tapi kalo cuma sehelai rambut, maka》Gak perlu disholatin.
Perkataan sang penulis (Imam Khotib asy Syarbini) : [“Bila ditemukan organ dari jenazah orang muslim”] maksudnya adalah dengan syarat bila diketahui pasti organ tubuh tersebut milik mayit saat dia sudah meninggal/saat meninggal nya, atau saat hidupnya kemudian meninggal setelah itu, berbeda dengan bagian tubuh yang terpisah dari orang hidup namun ia tidak meninggal setelah anggotanya terpisah dan baru ditemukan saat dia udah meninggal, maka tidak wajib disholati”
📕Hasyiyah Bujairimi alal Khotib juz 2, halaman 537, Cet. DKI (darul kutub 'ilmiyah)
Jadi, jika ditemukan organ yang terpotong lalu orangnya pun udah meninggal, maka bagian organ yang terpotong dihukumi sebagai mayat tapi organ tersebut gak wajib disholatin kalo si jenazah udah terlanjur dikubur. Kalo jenazah belum dikubur, maka perlu dikumpulkan dan dijadikan satu dengan tubuh si jenazah lalu dimandikan dan disholatkan lalu dikubur.
Jika orangnya masih hidup/sehat, maka organ yang terpotong tersebut cukup dimandikan (dibersihkan), kemudian dibungkus kain lalu dikubur di dalam tanah.
●●●